Selasa, 20 Februari 2018

Sang Wali Berjiwa Sosial

Lamongan, RMI NU Tegal. Masalah-masalah sosial tampaknya mendapat perhatian penting bagi Sunan Drajat, putra Sunan Ampel yang menjalankan dakwah di daerah Jelak, kemudian ke desa Drajat. Empat pesan sosialnya masih terpampang di makamnya untuk mengingatkan para peziarah agar jangan lupa kepada sesamanya.

Wenehono teken marang wong kang wuto, wenehono mangan wong kang keluwen, wenehono payung wong kang kudanan, dan wenehono sandang wong kan kawudan (berikan tongkat pada orang yang buta, berikan makanan bagi orang yang kelaparan, berikan payung pada orang yang kehujanan dan berikan pakaian bagi orang yang telanjang) merupakan pesan-pesan yang selalu diungkapkan dalam dakwahnya.

Pesan-pesan sosialnya tersebut tampaknya sangat cocok dengan situasi sekarang ini sehingga pas jika pencanangan wisata ziarah ditempatkan di makamnya. Banyak rakyat yang kelaparan, bencana dimana-mana, korupsi terus berlangsung, sementara golongan elitnya hidup bermewah-mewah dan seolah tak tahu derita yang dialami oleh rakyatnya.

Sang Wali Berjiwa Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)
Sang Wali Berjiwa Sosial (Sumber Gambar : Nu Online)

Sang Wali Berjiwa Sosial

Masa muda Sunan Drajat yang dikenal dengan nama Raden Kosim dijalani di Ampel Denta Surabaya. Setelah dewasa, sang ayah memerintahkannya untuk berdakwah di pesisir barat Gresik. Dalam perjalanannya melalui laut dengan menumpang biduk nelayan, perahunya dihantam gelombang, namun Raden Kosim selamat setelah ditolong oleh seekor ikan.

Menurut tarikh, peristiwa tersebut terjadi pada 1485. Ia mendarat di kampung Jelak, Banjarwati. Ia menetap disitu dan mendirikan surau untuk berdakwah dan mendirikan pesantren dan di situ pulalah ia menikah dengan Kemuning, putri Mbah Mayang Madu, tokoh setempat. Tiga tahun berselang, ia pindah ke selatan, sekitar satu kilometer ke tempat yang lebih tinggi yang dinamai desa Drajat.

RMI NU Tegal

Namun, ia masih menganggap bahwa tempat tersebut masih kurang strategis sehingga memutuskan pindah ke daerah perbukitan di wilayah selatan. Ia lalu membangun kompleks pesantren dengan masjidnya dan meninggal disitu, lokasi yang saat ini menjadi makamnya.

Sunan Drajat memiliki banyak nama. Semasa muda ia dikenal dengan sebutan Raden Qosim, Sunan Mayang Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam, Maulana Hasyim, Syekh Masakeh, Pangeran Syarifuddin, Pangeran Kadrajat, dan Masaikh Munat. Dia merupakan putra Sunan Ampel dari perkawinan dengan Nyi Ageng Manila. (mkf)

RMI NU Tegal

 

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Budaya RMI NU Tegal

RMI NU Tegal - Rabithah Ma'ahid Islamiyah.

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs RMI NU Tegal sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik RMI NU Tegal. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan RMI NU Tegal dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock