Senin, 25 Desember 2017

Pengalaman PWNU Jatim “Memecat” Ketua Tanfidziyah

Surabaya, RMI NU Tegal. Tidak terasa, perjalanan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur akan segera berakhir. Akhir Mei nanti, perhelatan Konferensi Wilayah NU Jatim akan digelar di Pondok Pesantren Bhumi Sholawat Tulangan Sidoarjo.

Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur KH Miftachul Akhyar sangat menyadari bahwa kewibawaan NU sangat bergantung kepada sosok kiai atau ulama. Karena itu, yang memegang amanah di syuriyah hendaknya diisi oleh kiai yang memiliki wawasan dan pandangan yang jauh ke depan. ?

Pengalaman PWNU Jatim “Memecat” Ketua Tanfidziyah (Sumber Gambar : Nu Online)
Pengalaman PWNU Jatim “Memecat” Ketua Tanfidziyah (Sumber Gambar : Nu Online)

Pengalaman PWNU Jatim “Memecat” Ketua Tanfidziyah

Bagi Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini, khusus untuk PWNU Jatim ternyata kolektifitas antar ulama itu dapat terjalin dengan baik. “Banyak lahir keputusan yang justru dihasilkan dari permusyawarahan antar ulama tersebut,” katanya, di Surabya, Selasa (23/4).

RMI NU Tegal

Kiai Miftah, sapaan akrabnya masih mengingat peristiwa tahun 2008 ketika dirinya mendapat amanat sebagai rais syuriyah dan bersanding dengan H DR Ali Maschan Moesa sebagai ketua tanfidziyah. Dalam perjalanannya, Ali Maschan akhirnya maju sebagai calon wakil gubernur Jatim. “Saat itu wibawa ulama sangat ditunggu, apakah memiliki ketegasan atau malah larut dengan kehendak ketua,” kenangnya.

RMI NU Tegal

Dan lewat pertimbangan sejumlah ulama yang terhimpun dalam kepengurusan syuriyah, akhirnya keputusan diambil yakni menganggap ketua tanfidziyah “berhalangan tetap” sehingga harus diganti. Dan tidak berlangsung lama, akhirnya dilakukan Konferwil dan tetap mendaulat Kiai Miftah sebagai rais dan KH M Hasan Mutawakkil Alallah sebagai ketua.

Bagi Kiai Miftah, pengalaman ini menjadi pelajaran sangat berharga agar dalam perjalanannya. NU harus tetap menjadikan ulama sebagai penentu keputusan bagi jalannya organisasi. “Karena itu, dibutuhkan kolektifitas kepemimpinan sehingga keputusannya tidak merugikan bagi jam’iyah,” tandasnya.

Intensitas komunikasi menjadi harga mati agar sejumlah permasalahan organisasi atau umat dapat dicarikan solusi yang tepat. “Karena itu saya sangat dibantu sejumlah ulama dan kawan aktifis organisasi yang mendukung kolektifitas tersebut,” tandasnya.?

Kiai Miftah berharap kolektifitas dan kewibawaan ulama yang selama ini menjadi ciri khas di PWNU Jatim dapat dipertahankan. “Bila memungkinkan dapat dinaikkan kualitas dan intensitasnya,” harapnya.

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Syaifullah

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Nahdlatul Ulama, Kiai, Doa RMI NU Tegal

RMI NU Tegal - Rabithah Ma'ahid Islamiyah.

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs RMI NU Tegal sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik RMI NU Tegal. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan RMI NU Tegal dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock