Tampilkan postingan dengan label Doa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Doa. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 Maret 2018

Santri Pacitan Pamerkan Produk Unggulnya di Hari Santri

Pacitan, RMI NU Tegal. Tidak kurang dari 20 stand milik pesantren, madrasah, kampus, dan  badan otonom Nahdlatul Ulama, dan masyarakat umum ikut meramaikan Pameran Kreatif Santri yang digelar dalam rangka merayakan Hari Santri Nasional 22 Oktober di alun-alun Pacitan. Stand ini menampilkan berbagai macam produk unggulan milik para santri dan warga NU.

Beberapa produk unggulan dipamerkan dalam stand yang masing-masing berukuran 3×3 M itu, diantaranya baju muslim- muslimah, seragam NU, kain batik, berbagai buku bacaan, kaligrafi, aksesoris NU, poto pendiri NU dan kiai pesantren, serta aneka produk makanan.

Santri Pacitan Pamerkan Produk Unggulnya di Hari Santri (Sumber Gambar : Nu Online)
Santri Pacitan Pamerkan Produk Unggulnya di Hari Santri (Sumber Gambar : Nu Online)

Santri Pacitan Pamerkan Produk Unggulnya di Hari Santri

Sejak dibuka pada Kamis sore (20/10) oleh Wakil Bupati Pacitan H Yudhi Sumbogo, stand ini ramai didatangi para pengunjung. Mereka datang dari berbagai latar belakang. 

Pengunjung juga dihibur dengan berbagai jenis penampilan santri yang berada di panggung utama acara. Selain itu, pengunjung dimanjakan pula dengan aneka jenis hidangan yang tersedia di kedai-kedai yang berdiri disisi lokasi pameran.

Stand pameran yang digelar hingga Ahad 22 Oktober besok ini, dibuka tiap hari mulai pukul 08.00 hingga 22.00 WIB. 

RMI NU Tegal

Sekretaris panitia hari santri Pacitan, Gus Zaki Alwan mengatakan, pameran kreatifitas santri ini digelar sebagai sarana mempromosikan produk yang dihasilkan oleh para santri dan warga Nahdliyin Pacitan.

"Pameran ini sebagai sarana memperkuat ekonomi santri, " terangnya kepada RMI NU Tegal.

RMI NU Tegal

Wakil Bupati H Yudhi Sumbogo yang didaulat membuka pameran mengapresiasi pameran kreatifitas santri ini. "Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan sangat mengapresiasi pameran ini. Kami akan mendukung dan mensupport kegiatan hari santri pada tahun-tahun yang akan datang," kata Wabub.

Tampak hadir dalam acara pembukaan, Rais Syuriyah KH Abdullah Sadjad, Ketua PCNU KH Mahmud, Kepala Kankemenag H Nurul Huda, para kiai seperti KH Burhanuddin HB, KH Imam Faqih Sudjak, sejumlah pengurus Banom NU dan tamu undangan lainnya.

Selain pameran kreatifitas santri, pada Rabu (18/10) kemarin panitia bekerjasama dengan Forum Komunikasi Diniyah Taklimiyah (FKDT) telah menggelar Lomba Santri Madin. Dengan mempertandingkan lomba baca puisi islami, lomba pidato dan lomba kaligrafi. (Zaenal Faizin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Doa, AlaSantri, Sunnah RMI NU Tegal

Senin, 19 Februari 2018

Gus Dur Tidak Berhenti Menjawab

Judul        : Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman

Penulis     : Abdurrahman Wahid

Penerbit   : Kompas, Jakarta

Gus Dur Tidak Berhenti Menjawab (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Dur Tidak Berhenti Menjawab (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Dur Tidak Berhenti Menjawab

Cetakan 1 : 2010

KONTROVERSI memang begitu lekat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari keberadaan KH Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur. Cucu  KH Hasyim Asy’ari ini, selain sulit dipahami dengan rasionalitas awam juga keluasan serta kedalaman ilmunya yang menyulitkan masyarakat untuk memahami Gus Dur apa adanya.

Kendati demikian, Gus Dur bukan berarti sesosok misterius, manusia super atau luar biasa yang tidak bisa dipahami. Tidak mudah memang memahami cucu Hadratus Syaikh Hasyim Asyari ini, karena jika ingin memahami Gus Dur maka sama artinya memahami kondisi masyarakat yang begitu kompleks mulai dari aspek sosial, politik, keagamaan, kebudayaan, kesejahteraan, intellektual, dll.

RMI NU Tegal

Gus Dur begitu getol dengan semua aspek permalasahan tadi. hal tersebut dapat dilihat dari berbagai kiprah realitas kesehariannya. Salah satu hal kecil untuk memahami Gus Dur adalah melalui tulisan-tulisannya.

Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman merupakan buku berisi kumpulan tulisan mantan presiden RI ke-4 ini yang pernah duplikasikan di harian koran nasional. Membaca buku ini saya menemukan sebuah konklusi bahwa Gus Dur tidak berhenti untuk menjawab semua permasalahan masyarakat yang selalu bergulir. Semua permasalahan masyarakat tak lepas dari jangkauannya.

Mayoritas tulisan dalam buku ini adalah tema-tema politik Indonesia kontemporer. Meskipun diimbuhi juga dengan tulisan-tulisan politik luar negeri (Malaysia), serta tema non politik seperti obituari Gus Miek, Kiai Achmad Shiddiq, dan Romo mangun Wijaya. Tetap tema-tema kepemimpinan politik, HAM, dwifungsi ABRI, hubungan masyarakat dan negara, agama-politik menjadi fokus utama pemikiran Gus Dur.

Sebagai seorang penulis yang produktif, Gus Dur menuankan semua ide-ide kritisnya yang susah dipahami dan njlimet ke dalam sebuah tatanan tulisan yang sederhana dan mudah untuk dipahami. Begitulah kesan ketika membaca buku ini.

RMI NU Tegal

Tapi dalam kesederhanaan tulisan tersebut, mengandung jawaban atas semua permasalahan yang rumit di negeri ini. Gus Dur tidak hanya memberikan kritik dan analisis tetapi sekaligus memberikan jawaban atas kegelisahan sosial masa kini dan masa depan. Gus dur begitu mudah untuk menjabarkan semua keruwetan masalah kedalam sebuah bait-bait kata yang luwes, lugas, berani dan tanpa basa-basi.

Persis ketika membaca buah karya Gus Dur ini kita akan dibawa ke dalam jawaban atas semua permasalahan-permasalahan kekinian.

Konstelasi agama, politik, budaya, kekuasaan dan kesejahteraan yang tak henti bermunculan permalahannya akan kita temukan muaranya dalam kelugasan tulisan Gus Dur. Dengan basis dasar dunia pesantren, LSM, jurnalistik dan kebudayaan menjadikan jawaban-jawaban tersebut sebagai kontens yang menarik dan penuh substansi.

Kini Gus Dur telah tiada, tapi jawaban-jawaban itu masih “sholih” dan tetap  hidup melayani pertanyaan-pertanyaan masalah yang terus berdatangan. Jasad boleh terkubur, tetapi ide-ide futuristic Gus Dur akan tetap hidup sampai kapanpun.

Seperti halnya pemikir-pemikir dunia semisal Imam al-Ghozali ataupun Karl Marx, ide-ide Gus Dur akan muncul dalam era berbeda untuk menjawab tuntutan zaman berbentuk Gus Durian-Gus Durian muda dan Neo-Gus Durian. (Muhammad Mukhlisin, mahasiswa UIN Ciputat, asal Pati-Jawa Tengah)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Doa RMI NU Tegal

Sabtu, 10 Februari 2018

Membaca Semangat Akulturasi Islam di Tegalsari Ponorogo

Ponorogo, RMI NU Tegal. Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, memiliki sejarah besar di masa lalu yang salah satu tandanya bisa dilihat dari masjid dan bekas Pondok Pesantren Tegalsari di Kecamatan Jetis.

Membaca Semangat Akulturasi Islam di Tegalsari Ponorogo (Sumber Gambar : Nu Online)
Membaca Semangat Akulturasi Islam di Tegalsari Ponorogo (Sumber Gambar : Nu Online)

Membaca Semangat Akulturasi Islam di Tegalsari Ponorogo

Di kompleks yang kini banyak diziarahi umat Islam itu masih berdiri bangunan asli saat Pesantren Tegalsari dipimpin oleh Kiai Mohammad Besari dan penerus atau cucunya Kiai Kasan Besari.

Kiai Kasan Besari memiliki murid yang dikenal sebagai pujangga terkemuka di Kasunanan Surakarta, yakni Raden Ngabehi Ronggowarsito.

RMI NU Tegal

Ronggowarsito melahirkan karya berjudul Serat Kalatida yang isinya masih sangat relevan untuk diambil pelajarannya dalam situasi saat ini. Terjemahan bebas karyanya sebagai berikut:

RMI NU Tegal

Menyaksikan zaman gila

Serba susah dalam bertindak

Ikut gila tidak akan tahan

Tapi kalau tidak mengikuti (gila)

Tidak akan mendapat bagian

Kelaparan pada akhirnya

Namun telah menjadi kehendak Allah

Seberuntung-beruntungnya orang yang lalai

Akan lebih beruntung orang yang tetap ingat dan waspada.

Untuk mengenang nama besarnya, salah satu sekolah formal di bawah yayasan di kompleks Tegalsari diberi nama pujangga bernama asli Raden Bagus Burhan itu, yakni Madrasah Aliyah Ronggowarsito.

Camat Jetis Fadhlal Kirom yang menemani Antara ke kompleks itu mengemukakan bahwa pada hari tertentu peziarah bisa berjumlah ribuan. 

Bahkan, ada pondok pesantren yang rutin setiap malam Jumat kliwon datang untuk berdoa bersama di makam tokoh-tokoh Islam masa lalu itu.

"Kalau malam Jumat kliwon bisa mencapai 3.500 hingga 4.000 lebih santri yang datang dan malam Jumat lainnya sekitar 1.000 orang," katanya.

Banyaknya pengunjung ke kompleks itu membawa berkah tersendiri bagi penduduk sekitar, misalnya dari tarif parkir atau orang yang berjualan untuk memenuhi keperluan para peziarah ke lokasi yang berjarak sekitar 8 kilometer dari Kota Ponorogo ini.

Tidak hanya peziarah lokal dan dari berbagai daerah di Indonesia. Ada peziarah khusus yang dari kerajaan di Selangor, Malaysia. 

Menurut Budi Utomo, juru kunci makam Kiai Ageng Mohammad Besari, raja di Selangor masih keturunan tokoh Islam tersebut.

Budi menyebut Kiai Zainal Abidin (anak dari Kiai Mohammad Besari) menjadi raja di Selangor. Karena itu anak turunnya di Malaysia masih sering berziarah ke lokasi itu. Makam yang terletak di sebelah barat masjid terdiri atas Kiai Mohammad Besari dan keluarga, Kiai Mohammad Ilyas (putera Kiai Mohammad Besari) dan keluarga serta Kiai Kasan Besari (putra Kiai Mohammad Ilyas) dan keluarga. Selain itu juga terdapat makam anak cucu lainnya dari Kiai Mohammad Besari.

Selain makam, di sebelah timur masjid terdapat rumah Kiai Kasan Besari yang bangunannya masih terpelihara bagus. Rumah itu dipelihara dan ditempati oleh Setyo Wacono bersama istri. 

Sony, panggilan akrab Setyo yang juga turunan ketujuh Kiai Kasan Besari, menempati salah satu kamar dari rumah besar itu. 

Di bagian tengah terdapat ranjang kayu peninggalan Kiai Kasan Besari yang tidak ditempati, namun tetap terpelihara. 

Di bagian lain terdapat meja berukuran pendek ditutupi kain hijau kuning, selaras dengan sprei di ranjang itu.

Sebelum memasuki rumah itu terdapat pondok dari kayu dengan menggunakan kaki yang diduga sebagai langgar tempat santri tinggal. Ada yang menyebut bangunan kayu itu sebagai mushalla di zaman dulu.

Di bagian utara masjid adalah kompleks pondok pesantren yang kini sudah dipugar menjadi bangunan bertembok. Hanya rumah dan bangunan kayu yang tetap dibiarkan sebagaimana aslinya.

Selain pemugaran beberapa bangunan, warisan berharga yang tidak ditemui di kompleks itu adalah buku atau kitab-kitab kuno peninggalan Kiai Mohammad Besari maupun Kiai Kasan Besari. Menurut Sony, kitab-kitab itu justru ada di Belanda. 

Sementara Camat Jetis Fadhlal mengemukakan ada sejumlah masyarakat di Jetis yang memiliki kitab kuno itu.

Budayawan asal Ponorogo Dr Sutejo, MHum mengemukakan hakikat ziarah ke makam itu adalah dalam konteks berdzikir juga, yakni semakin menguatkan ingatan tentang kematian. Maka yang dibaca oleh para peziarah adalah doa-doa untuk para leluhur dan para tokoh besar itu.

Makam para tokoh menjadi tempat ziarah karena semasa hidupnya banyak memberikan kemanfaatan besar bagi orang banyak dan ketika jasadnya sudah di alam kubur juga masih terus dikenang dan terus menebarkan manfaat dalam bentuk lain.

"Dengan banyaknya peziarah yang datang juga memberikan dampak kepada masyarakat sekitar. Yang terlihat adalah pengelolaan parkir kendaraan, penjual makanan dan kegiatan sosial," kata Ketua Lajnah Ta’lif wan Nasr Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Ponorogo ini.

Sementara tokoh muda Ponorogo Fathur Rochman Effendie yang juga pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikmah Kauman, Kota Lama, Ponorogo, mengemukakan bahwa ziarah kubur tidak hanya sarat spiritual tapi juga sebagai bentuk memelihara budaya dan ajaran-ajaran leluhur.

Ziarah, kata lelaki yang akrab disapa Gus Fathur ini, adalah sarana ampuh untuk mengingat mati karena sebesar apapun cita-cita, pangkat dan derajatnya, manusia harus terus menerus diingatkan tentang keniscayaan, yakni mati.

"Karena yang diziarahi adalah para wali dan para guru (masyayeh) maka ziarah juga bermakna ngalap berkah lewat para guru itu. Prosesnya bisa dimaknai permohonan kepada Allah SWT dengan berwasilah di makam para guru dan para wali. Jadi hal ini bukanlah praktik syirik, tapi tawassul sebagai upaya menyambung rasa dan asal usul ilmu dengan guru yang diziarahi," katanya.

Selain itu, kata dosen manajemen di Institut Sunan Giri (Insuri) Ponorogo ini, kalau beriziarah ke Tegalsari kita dapat membaca tentang semangat Islam akulturasi yang saat ini dikenal sebagai Islam Nusantara.

"Pondok Pesantren Tegalsari yang hidup dalam kurun Kerajaan Mataram mempunyai keunikan kurikulum yang membaurkan atau akulturasi Islam dan budaya Jawa sebagai upaya meredam persitegangan antara Islam dan kejawen warisan konflik Raden Bathoro Katong dan Ki Ageng Kutu," katanya.

Pondok Pesantren Tegalsari, kata dia, melahirkan kiai-kiai besar se-Jawa yang kini tersebar di Ponpes Gontor, Tebuireng, Lirboyo, Ploso, Bendo, Jampes dan lainnya yang merupakan anak turun dari sesepuh Tegalsari. (antara/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal AlaNu, Doa, Berita RMI NU Tegal

Sabtu, 03 Februari 2018

Gus Rozin: Moralitas Awal Kemajuan Olahraga di Indonesia

Trenggalek, RMI NU Tegal



Direktur Liga Santri Nusantara KH Abdul Ghaffar Rozin menilai, penyelenggaran Liga Santri Nusantara (LSN) tahun ketiga ini berjalan lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan semakin profesionalnya panitia nasional dan regional dalam menggawangi pelaksanaan kompetisi melalui berbagai perbaikan peraturan.

Gus Rozin: Moralitas Awal Kemajuan Olahraga di Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Rozin: Moralitas Awal Kemajuan Olahraga di Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Rozin: Moralitas Awal Kemajuan Olahraga di Indonesia

Ketua PP RMI-NU itu menyatakan bila prinsip profesional dan fair play benar-benar diterapkan, maka bukan tidak mungkin Liga Santri dapat lebih banyak menelurkan bibit-bibit pesepakbola yang handal yang bisa mengharumkan nama indonesia dalam kancah persepakbolaan Nasional dan Internasional.?

"Persepakbolaan nasional benar-benar menunggu hasil dari Liga Santri Nusantara ini," ucap kiai akrab disapa Gus Rozin itu saat memberikan sambutan pada pembukaan LSN Jawa Timur 1 di stadion Menak Sopal, Trenggalek, Ahad sore (17/9).

Gus Rozin mengatakan, kompetisi tahun ini berbeda dengan kompetisi tahun sebelumnya. Liga Santri Nusantara tahun ini diikuti 34 Region se-Indonesia dengan jumlah 1.024 pondok pesantren dari seluruh Nusantara. LSN membatasi usia peserta maksimal 17 tahun.?

"Satu hal yang ingin kami sampaikan adalah Liga Santri tahun 2017 ini para pesertanya harus murni dari santri. Tidak boleh ada pemain bon-bonan. Tidak boleh ada pencurian umur dan tidak boleh ada kecurangan-kecurangan yang menodai ahlakul karimah dan menodai sportivitas yang kita junjung bersama," tegasnya.

RMI NU Tegal

Gus Rozin pun berharap, panitia Liga Santri ? bisa bertindak tegas kepada club-club pesantren yang terindikasi berlaku tidak jujur dengan memasukkan pemain dari luar pesantren.?

RMI NU Tegal

"Karena tujuan Liga Santri ini adalah untuk mencari kader terbaik dari sisi moralitas, dari sisi spiritual. Skille bisa dibangun, tapi moralitas itu harus dimulai sejak dari awal. Moralitas adalah dasar dari kemajuan olahraga di republik ini, termasuk juga sepakbola," tandasnya.

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) H Imam Nahrowi membuka Kick Off Liga Santri Nusantara (LSN) region Jawa Timur 1 dan Piala Bupati Trenggalek di Stadion Menak Sopal, Trenggalek, Ahad (17/9) sore.

Didampingi Ketua PP RMI KH Abdul Ghaffar Rozin, Koordinator Nasional Gerakan Ayo Mondok KH Luqman Harits, Ketua PCNU KH Fatchullah, dan Bupati Trenggalek Emil Elistianto Dardak, Menpora melakukan tendangan pertama dari tengah lapangan.

Liga Santri Nusantara region Jawa Timur 1 dilaksanakan di Trenggalek dari tanggal 17-22 September 2017 diikuti 32 klub pesantren dari dua Karesidenan, Kediri dan Madiun. Kompetisi ini menggunakan sistem pertandingan setengah kompetisi. Dimana 32 tim dibagi ke dalam delapan grup. Satu grup berisi empat tim, dan tiap tim akan bertanding tiga kali. (Zaenal Faizin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Doa, Pemurnian Aqidah, Humor Islam RMI NU Tegal

Rabu, 31 Januari 2018

STAINU Jakarta Bangun Gedung Baru di Kampus Parung

Bogor, RMI NU Tegal. Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta memulai pembangunan gedung baru di kampus Parung, Rabu (11/12). Gedung baru ini berada di belakang gedung utama dan direncanakan tiga lantai.

Peletakan batu pertama dan acara syukuran diadakan Rabu kemarin dihadiri civitas akademika STAINU dan tokoh masyarakat setempat. Gedung baru yang akan didirikan menempati lahan seluas sekitar 900 m2.

STAINU Jakarta Bangun Gedung Baru di Kampus Parung (Sumber Gambar : Nu Online)
STAINU Jakarta Bangun Gedung Baru di Kampus Parung (Sumber Gambar : Nu Online)

STAINU Jakarta Bangun Gedung Baru di Kampus Parung

“Gedung baru ini terutama nanti kita peruntukan bagi mahasiswa STAINU dari luar negeri seperti Thailand dan Malaysia,” kata Ketua STAINU KH Mujib Qulyubi usai usai pembacaan doa dan tawassul, yang dilanjutkan dengan potong tumpeng.

RMI NU Tegal

Di luar gedung baru yang direncanakan itu, dan gedung lama, STAINU kampus Parung masih mempunyai tanah seluas sekitar 24.000 m2. Kegiatan pembangunan gedung diharapkan dapat berjalan lancar dan berkelanjutan, terutama menyongsong beralihnya STAINU menjadi Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Jakarta.

RMI NU Tegal

“Bulan Januari depan kita juga merencanakan memulai pembangunan Rusunawa. Ini insyaallah dipersiapkan untuk mahasiswa dari luar daerah, terutama dari PCNU-PCNU,” kata Kiai Mujib Qulyubi yang juga Katib Syuriyah PBNU.

Selain kampus Parung, kegiatan belajar mengajar STAINU Jakarta juga diadakan di Kampus Utama Matraman Jakarta Pusat, Kampus STAINU Kedoya Jakarta Barat, dan Kampus STAINU Ciganjur, Jakarta Selatan. (A. Khoirul Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Doa RMI NU Tegal

Selasa, 30 Januari 2018

Terpilih, Ketua Baru Ansor Dringu Disambut Barongsai

Probolinggo, RMI NU Tegal. Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Dringu memunyai pemimpin baru yang akan melanjutkan gerakan pemuda NU. Hal ini menyusul terpilihnya Satimin secara aklamasi dalam Konferensi Anak Cabang (Konferancab) yang digelar di desa Sumbersuko kecamatan Dringu kabupaten Probolinggo, Ahad (16/8). Pertunjukkan Barongsai kemudian dipentaskan.

Terpilih, Ketua Baru Ansor Dringu Disambut Barongsai (Sumber Gambar : Nu Online)
Terpilih, Ketua Baru Ansor Dringu Disambut Barongsai (Sumber Gambar : Nu Online)

Terpilih, Ketua Baru Ansor Dringu Disambut Barongsai

Konferancab yang mengambil tema “Membangkitkan Semangat Perjuangan Dengan Islam Nusantara ini” ini dihadiri oleh Ketua GP Ansor Probolinggo Muchlis dan pengurus cabang lainnya, Ketua MWCNU Dringu Sugito serta seluruh Pengurus Ranting (PR) GP Ansor se-Kecamatan Dringu.

Usai terpilih Satimin langsung disambut dengan tarian Barongsai. Keberhasilan Satimin ini tidak terlepas dari dukungan penuh dari seluruh Pimpinan Ranting (PR) untuk memimpin GP Ansor Dringu untuk lima tahun mendatang.

RMI NU Tegal

Dalam Konferancab GP Ansor Dringu yang digelar oleh pengurus demisioner periode 2010-2015 ini juga digelar tahlilan bersama yang dikhususkan kepada para pejuang Republik Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan Ke-70 RI.

Satimin berkomitmen melakukan penguatan organisasi dengan memperbaiki sistem kaderisasi dan mengembangkan potensi kader Ansor sehingga mampu memajukan GP Ansor di Dringu. “Kepercayaan para pengurus ranting ini merupakan amanah sekaligus tanggung jawab yang sangat besar untuk ditunaikan dengan baik,” katanya.

RMI NU Tegal

Sementara Muchlis mengapresiasi terpilihnya Satimin memimpin PAC GP Ansor Dringu. Dirinya berharap agar nakhoda baru ini bisa menyinergikan program kerja dengan GP Ansor Probolinggo sehingga program kerjanya bisa tepat guna dan tepat sasaran.

“Mudah-mudahan dengan adanya ketua baru, kepengurusan PAC GP Ansor Dringu bisa semakin solid dan kompak. Selain itu mampu menjalankan semua amanah konferensi yang fokus kepada peningkatan kualitas SDM kader dan pemberdayaan ekonomi,” harapnya.

Muchlis juga mengingatkan kepada para pengurus GP Ansor tentang sejarah yang terlupakan pada saat tentara sekutu datang ke Surabaya dan berperang melawan Tentara Hizbullah/Banser yang disebut sebagai Resolusi Jihad.

“Jangan pernah melupakan sejarah yang sangat membanggakan bagi kalangan pemuda Ansor. Jadikan sejarah itu bagian untuk memompa motivasi dalam mengisi pembangunan bagi generasi muda Indonesia,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Lomba, Doa RMI NU Tegal

Kamis, 18 Januari 2018

Inilah Batasan Sabar

Di antara sifat yang paling mulia dan utama adalah sabar. Keutamaan sifat ini banyak disebutkan dalam Al-Qur’an, hadits, dan penjelasan para ulama. Menurut Al-Ghazali, setidaknya ada sekitar tujuh puluh lebih keterangan Al-Qur’an terkait sifat keutamaan sabar, anjuran sabar, dan ganjaran yang akan diperoleh orang yang senantiasa menjaga kesabaran.

Saking mulianya tabiat ini, tak heran bila kesabaran selalu diidentikkan dengan keimanan. Seperti yang dikatakan Sahabat Ali bin Abi Thalib RA, “Ketahuilah bahwa kaitan antara kesabaran dan keimanan adalah ibarat kepala dan tubuh. Jika kepala manusia sudah tidak ada, secara langsung tubuhnya juga tidak akan berfungsi. Demikian pula dengan kesabaran. Apabila kesabaran sudah hilang, keimanan pun akan hilang.”

Inilah Batasan Sabar (Sumber Gambar : Nu Online)
Inilah Batasan Sabar (Sumber Gambar : Nu Online)

Inilah Batasan Sabar

Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menjelaskan bahwa kesabaran memiliki berbagai macam hukum. Tidak semua bentuk kesabaran yang dianggap baik dan mulia. Ada beberapa bentuk kesabaran yang malah dinilai tidak baik dan kurang tepat. Kesabaran pun sebenarnya harus tahu tempatnya supaya tidak terjebak pada kesabaran yang diharamkan. Al-Ghazali mengatakan sebagai berikut.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

RMI NU Tegal

Artinya, “Sabar dapat dibagi menjadi beberapa kategori sesuai dengan hukumnya: sabar wajib, sunah, makruh, dan haram. Sabar dalam menahan diri dari segala sesuatu yang dilarang syariat adalah wajib. Sementara menahan diri dari yang makruh merupakan sabar sunah. Sedangkan menahan diri dari sesuatu yang dapat membahayakan merupakan terlarang (haram) seperti menahan diri ketika disakiti. Misalnya orang yang dipotong tangannya, atau tangan anaknya sementara ia hanya berdiam saja. contoh lainnya, sabar ketika melihat istrinya diganggu orang lain sehingga membangkitkan cemburunya tetapi ia memilih tidak menampakkan rasa cemburunya. Begitu juga orang yang diam saat orang lain mengganggu keluarganya. Semua itu sabar yang diharamkan.”

Keterangan ini menunjukan bahwa dalam sabar ada tempatnya sendiri. Justru ketika ia bersabar malah terjebak dalam kesalahan dan keharaman. Seperti yang dicontohkan di atas, ketika melihat orang yang tertimpa musibah, maka sebaiknya kita langsung menolong orang tersebut, apalagi bila korbannya berada dalam kondisi darurat. Begitu pula ketika seorang istri yang diganggu orang lain. Sabar dalam kondisi ini termasuk sabar yang diharamkan berdasarkan penjelasan Al-Ghazali. Wallahu a’lam. (Hengki Ferdiansyah)

RMI NU Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Kiai, Kajian Sunnah, Doa RMI NU Tegal

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs RMI NU Tegal sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik RMI NU Tegal. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan RMI NU Tegal dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock