Tampilkan postingan dengan label Fragmen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fragmen. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Februari 2018

Pupuk Kebersamaan Lintas Agama, Gusdurian Bondowoso Putar Film

Bondowoso, RMI NU Tegal - Jaringan Gusdurian Kabupaten Bondowoso dalam rangka memperingati Hari Toleransi Internasional mengadakan acara Nonton Bareng Film “Cahaya dari Timur” bersama pemuda lintas agama yang ada di Bondowoso, Jawa Timur.

Kegiatan yang dikemas dengan sederhana ini dilaksanakan di halaman Kampus Akedemi Komunitas Negeri Bondowoso (Akom) Kabupaten Bondowoso, Rabu (16/11) malam.

Pupuk Kebersamaan Lintas Agama, Gusdurian Bondowoso Putar Film (Sumber Gambar : Nu Online)
Pupuk Kebersamaan Lintas Agama, Gusdurian Bondowoso Putar Film (Sumber Gambar : Nu Online)

Pupuk Kebersamaan Lintas Agama, Gusdurian Bondowoso Putar Film

Koordinator Jaringan Gusdurian Bondowoso Daris Wibisono Setiawan mengatakan hari toleransi mulai diperingati oleh dunia pada tahun 1995. Menurutnya, malam itu adalah momentum untuk merajut kerukunan di tengah perbedaan.

RMI NU Tegal

“Gus Dur pernah bilang Keberagaman adalah bahasa keindahan Tuhan. Menolak keberagaman, memaksakan segala perbedaan, berarti tidak pernah mengakui eksistensi Tuhan,” tuturnya.

Kepala sekolah SMK NU Tenggarang ini berpendapat bahwa agama adalah wilayah pribadinya dengan Tuhan. Sementara hubungan sosial adalah hal lain. “Ketika saya keluar dari tempat ibadah, berarti kita duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, itulah ke indahan keberagaman," ucapnya di hadapan peserta yang sekaligus mewakili pihak Islam dalam pertemuan itu.

Sementara perwakilan Buddha, Hermawan, mengaku bersyukur Gusdurian mengajaknya berkumpul bersama komunitas lintas agama. Ini merupakan pertemuan pertama yang ia ikuti bersama Gusdurian.

RMI NU Tegal

"Saya harap kegiatan ini bisa di laksanakan setiap tahun mungkin kita bisa lebih kompak, lebih maju mudah-mudahan Gusdurian lebih jaya, lebih kompak , banyak teman-temannya untuk kepadulian," harapnya.

Sambutan juga datang dari agama lain secara bergiliran. Acara tersebut dihadiri para pemuda lintas komunitas dan agama, antara lain Kristen, Buddha, Mahasiswa Akademi Komunitas Negeri Bondowoso, OSIS SMA NU Bondowoso, serta organisasi kepemudaan lainnya. (Ade Nurwahyudi/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Ahlussunnah, Nahdlatul Ulama, Fragmen RMI NU Tegal

Sabtu, 10 Februari 2018

Maraknya Hoax, Gus Mus: Kita Seperti Kembali ke Zaman Qabil dan Habil

Jakarta, RMI NU Tegal?

Mustasyar PBNU KH A. Mustofa Bisri mengaku resah terhadap watak masyarakat yang begitu menyebarkan berita bohong. Dia juga mengaku sedih terhadap masyarakat yang gampang terpengaruh berita bohong tersebut yang kadang-kadang bermuatan mengadu domba.

Maraknya Hoax, Gus Mus: Kita Seperti Kembali ke Zaman Qabil dan Habil (Sumber Gambar : Nu Online)
Maraknya Hoax, Gus Mus: Kita Seperti Kembali ke Zaman Qabil dan Habil (Sumber Gambar : Nu Online)

Maraknya Hoax, Gus Mus: Kita Seperti Kembali ke Zaman Qabil dan Habil

"Kita seperti kembali ke zaman Qabil dan Habil, memangsa sesama kita, masing-masing memperlihatkan keganasannya," kata kiai yang akrab disapa Gus Mus, di acara Mata Najwa, Jakarta, Rabu (4/1) sebagaimana dikabarkan Metronews.com.

Qabil dan Habil merupakan putra Nabi Adam AS. Qabil adalah orang yang pertama kali melakukan pembunuhan. Orang yang dibunuh Qabil adalah adik kandungnya sendiri, Habil.

Masih dikutip dari berita tersebut, Menurut Gus Mus, berita bohong atau dikenal dengan hoax yang berisi kebencian biasanya membawa sentiman suku, ras, agama, dan antar golongan (SARA). Mirisnya, ramai masyarakat termakan berita fitnah itu.?

RMI NU Tegal

Karena itu, Gus Mus meminta masyarakat menjauhi fitnah. Dia berharap masyarakat Indonesia tetap bersatu dan tak terpengaruh berita bohong. Terlebih kepada umat muslim.

"Orang islam yang paling bertanggung jawab karena kita yang mayoritas. Kita tidak memperlihatkan kegagahan kita sebagai mayoritas. Baik buruknya suatu negara tergantung mayoritasnya," pungkas Gus Mus.

Karena maraknya berita hoax, Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyatakan haram perilaku membuat dan menyebarkannya. Pernyataan tersebut mengemuka pada forum bahtsul masail yang diikuti para kiai NU di PBNU, Jakarta pada Kamis (1/12) tahun lalu. ?

Bagi LBM PBNU perilaku membuat dan menyebarkan berita hoax banyak sekali mudaratnya, yaitu bisa menyebabkan tersebarnya kebencian dan permusuhan di kalangan masyarakat dan lebih jauhnya bisa menyebabkan disintegrasi nasional.?

RMI NU Tegal

“Seharusnya media sosial menjadi sarana sliaturahim dan perekat persatuan, bukan kebencian dan permusuhan,” ungkap salah seorang pantia forum bahtsul masail tersebut, H. Sarmidi Husna.?

Ia mengimbau semakin canggihnya teknologi informasi seharusnya dibarengi dengan kemampuan menyeleksi dan berita. (Abdullah Aalawi)?

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Fragmen, Pahlawan RMI NU Tegal

Minggu, 04 Februari 2018

Pelajar NU MA Plus Al-Hikam Gelar Pelatihan Jurnalistik

Sumedang, RMI NU Tegal - Pimpinan Komisariat IPNU dan IPPNU MA Plus Al-Hikam pada Rabu (28/9) mengadakan pelatihan jurnalistik di Aula Pesantren Al-Hikamussalafiyyah Sukamantri, Sumaedang, Rabu (28/9). Sebanyak 150 siswa MA Plus Al-Hikam ini mempelajari teori penulisan dan bimbingan praktiknya.

Materi dalam pelatihan ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama memuat teori jurnalistik. Sementara sesi kedua memuat praktik menulis. Pemateri pada sesi pertama salah satu wartawan senior harian Pikiran Rakyat Ahmad Setiaji. Ia mengupas teori dasar jurnalistik dan pentingnya tulisan sebagai media dakwah.

Pelajar NU MA Plus Al-Hikam Gelar Pelatihan Jurnalistik (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU MA Plus Al-Hikam Gelar Pelatihan Jurnalistik (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU MA Plus Al-Hikam Gelar Pelatihan Jurnalistik

Selain itu Ahmad selalu memberikan motivasi kepada para peserta untuk lebih semangat dalam menulis. Menulis itu mengasyikan, banyak sekarang orang menjadi kaya gara-gara sering menulis. Menulis juga bisa dijadikan sebagai sarana untuk berdakwah. Berdakwah di zaman sekarang tidak cukup dengan berceramah, tapi harus ditulis. “Karena itu ayo menulis mulai dari sekarang dan jangan takut memulai menulis,” ajak Ahmad.

Pemateri pada sesi kedua adalah pengurus Lembaga Talif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) Kabupaten Sumedang. Ketua LTN NU Kabupaten Sumedang Ayi Abdul Kohar dibarengi oleh beberapa pengurus LTN NU lainnya membimbing para peserta pelatihan jurnalistik untuk praktik membuat tulisan.

RMI NU Tegal

Ayi menyampaikan bahwa seluruh panitia dan peserta pelatihan jurnalistik merupakan kader Nahdlatul Ulama. Kader NU harus dilatih cara berorganisasi dan harus pandai menulis. Saat ini banyak tulisan-tulisan di media yang penulisnya bukan dari orang NU. Karena penulisnya bukan orang NU maka muatan isi tulisannya pun banyak yang tidak sepaham dengan NU yang rahmatan lil alamin.

RMI NU Tegal

Ini merupakan tantangan untuk generasi atau kader NU ke depan. Ilmu biar tidak lepas maka harus diikat, dan alat untuk mengikatnya yaitu tulisan. Coba lihat ulama-ulama terdahulu. Mereka sangat produktif dalam menulis. Kitab-kitab kuning atau kitab salaf yang sering dipelajari di pesantren-pesantren, itu semua hasil karya tulisan para ulama terdahulu.

“Kita sebagai generasi muda NU harus mengikuti jejak para ulama. Pandai-pandailah dalam menulis,” tutup Ayi Abdul Kohar. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Fragmen RMI NU Tegal

Jumat, 26 Januari 2018

Soal 5 Hari Sekolah, LP Ma’arif Jember Siap Laksanakan Instruksi PBNU

Jember, RMI NU Tegal

Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif Jember H. Hobri Ali Wafa menyatakan mendukung dan siap melaksanakan instruksi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Lembaga Pendidikan Ma’arif Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur bahwa hari masuk sekolah tetap enam hari, mulai Senin hingga Sabtu.

Soal 5 Hari Sekolah, LP Ma’arif Jember Siap Laksanakan Instruksi PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)
Soal 5 Hari Sekolah, LP Ma’arif Jember Siap Laksanakan Instruksi PBNU (Sumber Gambar : Nu Online)

Soal 5 Hari Sekolah, LP Ma’arif Jember Siap Laksanakan Instruksi PBNU

“Kami siap mengikuti apa pun perintah PBNU. Kalau memang diinstruksikan tetap 6 hari sekolah, maka sekolah-sekolah di bawah LP Maarif di Jember, ya tetap 6 hari, dan mungkin juga Maarif di seluruh Indonesia sama,” jelasnya.

Kamis (15/6), PBNU secara eksplisit menolak kebijakan baru Kemendikbud tentang pemangkasan hari sekolah yang berakibat penambahan durasi belajar pelajar menjadi delapan jam sehari.

RMI NU Tegal

Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj berpandangan, daripada membuat kebijakan baru yang merugikan, Kemendikbud sebaiknya fokus pada peningkatan kualitas sistem pendidikan yang sudah ada. PBNU bahkan mengancam melakukan boikot bila kebijakan baru tersebut dipaksakan berlaku secara nasional.

RMI NU Tegal

(Baca: Pernyataan Resmi PBNU Menolak Kebijakan Sekolah 5 Hari)



Kebijakan Mendikbud Muhadjir Effendy untuk memberlakukan 8 jam pelajaran perhari atau 40 jam dalam seminggu juga mendapat reaksi keras dari Ketua Ikatan Keluarga Alumni PMII Jember, Akhmad Taufiq. Ahad (11/6), Dosen Universitas Jember itu mengeluarkan rilis menyikapi keputusan sang menteri yang? kontroversial tersebut.

Menurutunya, kebijakan tersebut terlalu dini untuk diterapkan di Indonesia, dan cenderung dipaksakan, karena belum mempertimbangkan secara seksama karakter? dan cakupan wilayah Indonesia yang sangat luas dan beragam. “Mestinya, aspek nasionalitas keindonesiaan menjadi pertimbangan utama dalam segala bentuk kebijakan pendidikan yang dilakukan (Muhadjir Effendy),” tuturnya.

Ia menambahkan, kalau penerapan 5 hari sekolah itu dilandaskan pada alasan untuk memenuhi minimal 40 jam pelajaran dalam seminggu, sungguh merupakan alasan yang tidak mendasar. Alasan tersebut baru pada tataran normatif dan prosedural semata. Sedangkan pada? tataran substantif tidak memenuhi derajat orientasi visional pendidikan nasional. “Karena itu kami menyerukan? agar keputusan 5 hari sekolah itu dibatalkan demi stabilitas dan kondusivitas pendidikan nasional yang sedang berjalan,” lanjutnya. (Aryudi A. Razaq/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Nahdlatul Ulama, Aswaja, Fragmen RMI NU Tegal

Kamis, 25 Januari 2018

Feri dan Ain Nahkodai Pelajar NU Jateng

Brebes, RMI NU Tegal.

Ferial Farchan dari Brebes dan Sri Nur Ainingsih (Blora) mendapat kepercayaan menakhodai Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Provinsi Jawa Tengah. Mereka terpilih dalam Sidang Konferensi Wilayah (Konferwil) IPNU XV dan IPPNU XIV untuk periode 2016-2019, di pondok pesanteren Assalafiyah Luwungragi Brebes, Rabu (13/12).

Feri dan Ain Nahkodai Pelajar NU Jateng (Sumber Gambar : Nu Online)
Feri dan Ain Nahkodai Pelajar NU Jateng (Sumber Gambar : Nu Online)

Feri dan Ain Nahkodai Pelajar NU Jateng

Agenda sidang pemilihan Ketua PW IPNU berlangsung alot karena itu harus dilaksanakan dua putaran. Dalam tata tertib pemilihan, calon minimal harus mengantongi 12 suara. Pada putaran pertama, Feri mengantongi 21 suara dan rivalnya Kholid dari Kendal mendapatkan 14 suara dari 35 suara yang diperebutkan.

Akhirnya pada putaran kedua, Feri hanya kehilangan 1 suara, yakni berubah menjadi 20 sedangkan Kholid berhasil menambah 1 suara sehingga menjadi 15 suara. Namun demikian, Feri tetap unggul untuk menggantikan Amir Mustofa Zuhdi untuk periode tiga tahun mendatang.?

Sementara Sri Nur Ainingsih (Blora) terpilih secara aklamasi sebagai Ketua PW IPPNU Jawa Tengah menggantikan Umi Saadah. Ain menjadi calon tunggal saat pelaksanaan sidang pemilihan yang yang berlangsung hingga jam 02.00 dini hari pada Rabu (13/12) .

RMI NU Tegal

“Ini hanya amanat Allah SWT, lewat kepercayaan rekan-rekan IPNU se Jawa Tengah, mohon doa restunya semoga bisa mengemban amanat ini dengan sebaik-baiknya,” ucap Feri ketika ditemui RMI NU Tegal diarea Konferwil.

Ke depannya, lanjut Feri, dia bertekad siap mengawal Pelajar NU Jawa Tengah untuk lebih meningkat kualiatas. Dan IPNU-IPPNU sebagai garda terdepan pengawal Ahlussunnah wal-Jamaah Annahdliyah.?

Selain itu, dia berharap IPNU IPPNU menjadi solusi para pelajar untuk menjadi benteng moral serta penangkal atas segala paham radikalisme.?

Konferwil dibuka Menteri Pemuda dan Olahraga RI Imam Nahrawi Senin malam (12/12/16) di Ponpes asuhan Rois Syuriyah PBNU KH Subhan Makmun.

RMI NU Tegal

Berbagai kegiatan untuk menyemarakan gelaran konferesi juga digelar, diantaranya, Talkshow bersama Menpora RI, Seminar Anti Radikalisme oleh Wakapolda Jateng, ? Lomba pembuatan film pendek, Festival musik hadroh, pemilihan duta Pelajar NU Jawa Tengah, ? pemutaran film "Jalan Dakwah Pesantren" karya RMI NU Tegal, ? dan pementasan seni musik dari Kemensos RI.?

Acara inti, berupa sidang-sidang Konferwil yang terdiri dari sidang komisi, sidang laporan pertanggungjawaban pengurus periode 2013-2016, dan sidang pemilihan ketua PW IPNU IPPNU Jateng masa khidmat 2016-2019.

Konferwil bertajuk "Menjaga keberagamaan di tengah keberagaman untuk persatuan dan kesatuan bangsa" merupakan permusyawaratan tertinggi dari IPNU IPPNU tingkat Provinsi Jawa Tengah. Didalamnya juga membahas arah pergerakan organisasi IPNU IPPNU tiga tahun kedepan.?

Utusan resmi tiap kabupaten sejumlah tiap cabang 10 orang 35 cabang se-Provinsi Jateng, namun peserta yang hadir mencapai 1000 lebih kader IPNU IPPNU Se Jawa Tengah. (wasdiun/abdullah alawi)?

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Fragmen, Makam, Pesantren RMI NU Tegal

Jumat, 19 Januari 2018

Ansor Diingatkan Lagi Gencarnya Gerakan Wahabi

Brebes, RMI NU Tegal. Gerakan Pemuda (GP) Ansor kini makin menghadapi tantangan yang berat. Pasalnya, gerakan Islam Transnasional makin terang-terangan menyerang paham ahlussunah wal jamaah. Apalagi dengan telah kembalinya tokoh panutan kita, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Untuk itu, Ansor di minta menjadi benteng terdepan untuk menghalau segala gerakan islam transnasional yang nota bene pelakunya juga para generasi muda. ”NU, juga perlu memiliki kesaktian mandraguna secara fisik yang bisa dilakoni oleh para Ansor,” ujar Mantan Rais Syuriyah Pengurus Cabang (PC) NU Brebes KH Mansyur Tarsudi saat menemui PC GP Ansor Brebes di rumahnya Jumat (19/2).

Ansor Diingatkan Lagi Gencarnya Gerakan Wahabi (Sumber Gambar : Nu Online)
Ansor Diingatkan Lagi Gencarnya Gerakan Wahabi (Sumber Gambar : Nu Online)

Ansor Diingatkan Lagi Gencarnya Gerakan Wahabi

Menurutnya, Ansor juga perlu memiliki kesaktian batiniah. Wujudnya, dengan selalu mendekatkan diri pada Allah SWT. ”Kendati masih muda, jangan lupakan tasbih sebagai alat untuk berdzikir,” pesannya.

RMI NU Tegal

Dua kekuatan, lanjutnya, yakni kekuatan lahir dan batin akan menyeimbangkan gerak langkah Ansor. Sehingga ansor tidak bisa terombang-ambing dengan badai apapun yang menerpa kehidupan berorganisasi.

Sedang KH Subekhan Makmun, menyarankan agar Ansor dalam kegiatannya lebih menyentuh pada kehidupan sosial. ”Selain berkutat dalam kegiatan taklim, ansor hendaknya menguatkan pada aktivitas mabarot (kegiatan sosial, red),” pinta KH Subekhan yang juga mantan Rais Suriyah PC NU Brebes.

RMI NU Tegal

Dia mengingatkan, bahwa kita akan ditolong bila menolong orang kecil. ”Ansor itu sendiri artinya penolong. Maka sangat tepat bila kegiatan sosial lebih di teguhkan lagi,” ujarnya.

Selain itu, dia juga berharap akan kemantapan Ansor dalam meneruskan program-program NU. Pasalnya, Ansor itu pada hakekatnya sebagai tulang punggungnya NU. ”Dipundak Ansor lah masa depan NU ini dipertaruhkan,” ucapnya dengan tegas.

Mantan Rais Suriyah PC NU Brebes lainnya KH Said Basalamah, memberi tausiyah agar Ansor senantiasa menjaga kesabaran dalam mengayuh roda organisasi. Pasalnya dalam setiap langkah kehidupan dipastikan akan menemui hambatan. Namun hambatan tersebut jangan dijadikan kendala tapi harus diambil hikmahnya.

Kiai Said memberikan petunjuk kalau dalam Surat 18 ayat 45 Allah SWT sudah memberi rambu-rambu bahwa hidup ini membutuhkan kesabaran dan hati-hati dalam sholat. Yang maksudnya, kita harus sabar untuk mencapai kesuksesan.

Dengan berbagai model tantangan dan hambatan, akan terbersit hikmah sebagai petunjuk ke arah yang di ridloi Allah SWT. ”Problem itu, sebuah seni kehidupan maka perlu dinikmati. Jangan lari dari problem tapi perlu dicari solusi,” tandasnya.

Menurut Ketua PC GP Ansor Brebes H Agus Mudrik Khaelani Al Hafidz, kegiatan silaturokhmi kepada para mantan Rais Suriyah PC NU Brebes sebagai sikap tawadlu. Sebagai orang muda, perlu meminta petunjuk dan arahan dari para sesepuh. Sehingga tidak terjadi salah jalan.

Dalam safari Silaturokhmi ini, Gus Mudrik menjelaskan tentang personalia pengurus PC Ansor Brebes periode 2009-2012. Selain itu, menerangkan program kerja selama tahun 2010. Dia meminta maaf karena baru bersilaturrahmi akibat keterbatasan waktu. Sebab pada tahun pertama, menguatkan konsolidasi ke dalam jajaran pengurus. ”Alhamdulillah, 8 PAC yang dulunya vakum, kini telah kembali bangkit dan sudah dilantik,” tutur Gus Mudrik kepada para Mantan Rais itu.

Dia menjelaskan, kegiatan Silaturahmi tahap pertama kepada para mantan Rais yang berdomisili di wilayah Brebes utara. ”Tahap kedua, nanti untuk para Kiai di Brebes selatan,” pungkasnya. (was)Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Fragmen RMI NU Tegal

Senin, 15 Januari 2018

Ijtihad dalam Tafsir Al-Qur’an

Dewasa ini, muncul arus pengerasan dalam agama berupa keinginan sekelompok orang untuk menjadikan Islam sebagai instrumen formal. Menjadikan Islam sebagai hukum formal yang kaku dan keras, diperbandingkan dengan ideologi bangsa berupa Pancasila dan nilai-nilai kesatuan yang telah terumuskan oleh pendiri bangsa, dalam konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keinginan ini, sejalan dengan keinginan untuk membentuk khilafah, dalam bayangan mereka sebagai operasionalisasi konsep negara berdasar Islam.

Keinginan untuk menciptakan tatanan baru dalam bernegara, kemudian menjadi cara pandang dalam menghayati nilai-nilai Islam. Segala masalah dikembalikan solusinya dengan dalil-dalil Al-Quran, sementara problematika sosial sudah melampaui itu, yang membutuhkan ijtihad, serta metodologi hukum berdasarkan kesepakatan ulama (Ijma) maupun Qiyas. Perbedaan pandangan yang cukup tajam inilah, yang kemudian menjadi dinamika dalam masyarakat muslim Indonesia.

Melalui buku ini, Prof. Dr. Umar Syihab, ingin mengajukan sebuah cara pandang dalam memahami Al-Quran. Umar Syihab mengajukan perspektif dalam berijtihad, dengan tetap menggunakan Al-Quran sebagai acuan dasarnya. Menurut Umar Syihab, ijtihad perlu dipahami dalam kerangka yang positif, bukan dalam rangka bidah atau mendekonstruksi pondasi agama.

Ijtihad dalam Tafsir Al-Qur’an (Sumber Gambar : Nu Online)
Ijtihad dalam Tafsir Al-Qur’an (Sumber Gambar : Nu Online)

Ijtihad dalam Tafsir Al-Qur’an

Ijtihad berasal dari kata Ja-ha-da, yang bermakna mencurahkan segala kemampuan atau menanggung beban kesulitan. Dari pemahaman ilmu sharaf, kata ijtihad mengikuti wazan (timbangan) iftial yang menunjukkan arti berlebih (mubalaghah) dalam melaksanakan sebuah persoalan. Secara etimologis, dapat diketahui ijtihad bukanlah sebuah usaha yang gampang dan ringan. Untuk memperoleh hasil yang optimal, segenap kemampuan dan daya pikir harus dikerahkan secara padu dan simultan. Itulah sebabnya, sebagian ulama lebih cenderung memakai kata istifragh atau istifragh al-juhd, sebagai penekanan yang mendalam tentang kesungguhan maksimal yang harus dikerahkan dalam aktifitas ijtihad.

Sedangkan, secara terminologis, para ? ulama berbeda pendapat dalam memahami ijtihad. Ada beberapa pandangan yang dapat menjadi acuan: (1) Muhammad Musa Thawana: ijtihad merupakan segala daya upaya dari seorang ahli hukum Islam untuk menggali hukum-hukum syara yang berstatus cabang (furuiyyah) dari dalil-dalilnya. (2) Syaikh Muhammad al-Khudari Beik: ijtihad yaitu mencurahkan kesungguhan dalam menggali hukum syara dari dalil al-Syari sebagai dalil, yakni Al-Quran dan Sunah; (3) Al-Allamah Abdullah Darraj: ijtihad merupakan usaha yang dilakukan seseorang dengan segala kesungguhan dan mengerahkan segala kemampuan yang dapat menghasilkan kaidah hukum. Ijtihad di bidang hukum ada dua tingkatan: (a) yang dikhususkan pada seseorang yang memiliki kemampuan atau keahlian yang sempurna dalam berijtihad, (b) ijtihad untuk menerapkan hukum-hukum syara. Di sini, ada pengkhususan bahwa suatu golongan boleh melakukan ijtihad, sedangkan yang lain tidak (hal. 120-1).

Rasionalisasi Agama?

Dalam pandangan Umar Syihab, nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran menerobos batas-batas geografis dan demografis dengan segala implikasinya. Serta, menembus lapisan-lapisan kultural dan sosial dengan segala keragaman dan keunikannya. Pada saat yang sama, nilai-nilai Al-Quran diperhadapkan pada: (1) keharusan mewujudkan tuntunannya melalui penafsiran yang bersandarkan pada realitas budaya lokal; (2) keharusan mempertahankan kontunuitas dan keautentikannya sepanjang zaman. Dalam hal ini, Umar Syihab mengungkapkan bahwa, dinamika tersebut dapat diatasi dengan tidak menjadikan nilai-nilai Al-Quran hanyut dalam tradisi masyarakat, akan tetapi pemahaman dan cara berpikir masyarakat lah yang perlu dirasionalisasi serta disegarkan kembali.

RMI NU Tegal

Dengan demikian, penyegaran dalam memahami Al-Quran ? dan Sunah sebagai pondasi utama Islam, dapat menguatkan proses membangun peradaban Islami. Umar Syihab mengidamkan masyarakat yang berkualitas Qurani. Dalam argumentasinya, masyarakat yang berkualitas Qurani adalah masyarakat yang menghayati realitas sosiologis dan teologisnya secara seimbang. Sehingga, apabila seseorang dikatakan muttaqin (orang yang bertaqwa), maka wujud tertingginya bukan semata-mata terefleksi pada pelaksanaan ibadah-ibadah mahdah yang bersifat individual dan vertikal (hablun minallah), tapi juga ibadah-ibadah ghairu mahdah yang bersifat sosial dan horizontal (hablun minannas) (hal. 213).

Argumentasi penyeimbangan ibadah mahdah dan ibadah ghairu mahdhah inilah yang menjadi perspektif penting, bahwa manusia harus mengutamakan komunikasi dengan Allah, tanpa melupakan fitrah dirinya sebagai makhluk sosial, yang membutuhkan makhluk lain.

Tujuan utama buku ini, adalah bagaimana membuat masyarakat muslim tidak berselisih dan berpecah belah. Semangat, ide, harapan tokoh-tokoh muslim yang bersentuhan dengan pengalaman serta pengetahuan Umar Syihab, menciptakan persatuan dan Ukhuwah Islamiyyah sembari meninggalkan sifat fanatik, hasud dan benci. Penulis buku ini, yang mendapat amanah dalam jajaran Majelis Ulama Indonesia—di Komisi Ukhuwwah Islamiyyah—menjadikan buku ini sebagai acuan untuk persatuan kaum muslim, khususnya dalam memaknai semangat Al-Quran.

Data Buku

RMI NU Tegal

Judul Buku ? ? ? : Kapita Selekta Mozaik Islam: Ijtihad, Tafsir dan Isu-Isu Kontemporer

Penulis ? ? ? ? ? : Dr. Umar Syihab

Penerbit ? ? ? ? ? : Mizan

Tebal ? ? ? ? ? ? ? : 464 halaman?

Cetakan ? ? ? ? ? : November 2015

ISBN ? ? ? ? ? ? ? ? : 978-979-433-853-7





Peresensi: Munawir Aziz, peneliti, alumnus Pascasarjana UGM



Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Fragmen RMI NU Tegal

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs RMI NU Tegal sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik RMI NU Tegal. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan RMI NU Tegal dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock