Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 Februari 2018

Gelar Sultan itu Fondasi Keraton Kasultanan Mataram Islam

Yogyakarta, RMI NU Tegal. Gelar Sultan sesungguhnya merupakan bentuk amanat leluhur, yaitu fondasi Keraton Kasultanan Mataram Islam. Ia memuat berbagai makna, filosofi, dan bahkan teologi yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai yang dikandungnya. Ia mencerminkan visi dan misi institusi yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua PWNU DIY, Drs Kiai Jadul Maula dalam konferensi pers di kantor PWNU, Jl MT Haryono 40-42 Yogyakarta, Selasa (2/6) menanggapi Sabdaraja Sultan HB X yang menghilangkan beberapa gelar Sultan, diantaranya Ngabdurrahman, Sayidin Panotogomo, dan Kalifatullah.

Gelar Sultan itu Fondasi Keraton Kasultanan Mataram Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Gelar Sultan itu Fondasi Keraton Kasultanan Mataram Islam (Sumber Gambar : Nu Online)

Gelar Sultan itu Fondasi Keraton Kasultanan Mataram Islam

Kiai Jadul menjelaskan, bahwa selama ini PWNU banyak menampung keresahan masyarakat dan ulama pesantren dari berbagai daerah. Bukan hanya dari sekitar DIY, namun juga dari berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, hingga luar Jawa.

RMI NU Tegal

“Ada stigmatisasi perubahan gelar terhadap Islam. Ibarat rumah yang diganti bukan hanya pintu atau mengganti cat, tapi pondasi. Jadi implikasinya sangat besar,” tegas Kiai Jadul.

Hal ini, lanjutnya, lebih pada keprihatinan keagamaan dalam menyelamatkan kehidupan bermasyarakat, di luar wilayah politik. Ada kegelisahan di kalangan kiai tentang perubahan gelar tersebut. Karena ini tanpa diserta argumen yang jelas dan disepakati secara syar’i.

RMI NU Tegal

Kiai Jadul Maula kembali menegaskan, akibat perubahan gelar itu ada keresahan dikalangan kiai NU. Karena mereka beranggapan bahwa perubahan gelar ini telah menjadikan adanya stigmatisasi terhadap Islam. Gelar tersebut semua diambil dari Islam melalui perjalanan yang panjang. Sehingga jika gelar itu diubah maka ada proses pengaburan ke-Islam-an tersebut.

Makna gelar Sultan universal

Menurut Kiai Jadul, makna gelar sultan itu universal. Mengubah makna itu berarti ada yang hilang dalam diri kasultanan. ?

“Konsep-konsep penting di dalam gelar seperti: Ngabdurrahman, Sayidin Panotogomo, Kalifatullah, mengandung makna dan amanat bahwa seorang Sultan haruslah mewujudkan pengabdiannya yang tulus kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang dengan laku dan tindakan yang menjaga dan mengupayakan keseimbangan alam, religiusitas masyarakat dan kerukunan antar umat beragama serta keadilan sosial di tengah-tengah warganya,” tegasnya.

Kiai Jadul menjelaskan bahwa gelar Ngabdurrahman mengandung arti bahwa meski menjadi raja, Sultan adalah tetap hamba Allah SWT yang memiliki kasih sayang dengan sesama, termasuk kepada alam. Sedangkan gelar Sayidin Panotogomo, ? dalam pesantren mengandung arti adalah orang yang berkewajiban meningkatkan religiusitas masyarakat dan menata umat beragama yang berbeda agar harmonis. Gelar khalifatullah sendiri berarti Sultan adalah duta Allah SWT yang menegakkan kebenaran dan keadilan.?

“Dengan makna demikian, kami menganggap gelar-gelar itu penting. Adanya gelar itu sudah terbukti dari berdirinya Kraton Yogyakarta sebagai Kraton yang paling lama bertahan hingga sekarang,” tegasnya.? Karena itu, tandasnya, PWNU bersikap, gelar itu mesti dipertahankan. Jika gelar ini dihilangkan maka akan kehilangan porosnya. Karena gelar itu tidak semata-mata nama melainkan sebagai pengikat kontrak teologis, kontrak alam dan kontrak sosial. (Suhendra/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Pertandingan, Cerita RMI NU Tegal

Jumat, 02 Februari 2018

Menulis Menyehatkan Jiwa

Yogyakarta, RMI NU Tegal. Menulis itu menyehatkan jiwa. Ketika menulis, Anda seperti orang curhat. Anda tidak butuh seorang psikiater atau seorang kawan. Anda cukup merepotkan diri sendiri untuk merangkai kata. Demikian diungkapkan Abidah El-Khalieqy dalam acara Sarasehan Sastrawan Perempuan (17/3).

Menulis Menyehatkan Jiwa (Sumber Gambar : Nu Online)
Menulis Menyehatkan Jiwa (Sumber Gambar : Nu Online)

Menulis Menyehatkan Jiwa

“Secara pribadi, saya merasa banyak penyakit yang hilang setelah menulis. Selain itu, menulis merupakan kebanggaan tersendiri,” tambahnya lagi.

Acara yang berlangsung di Pendopo Yasayan LKiS, Jl Pura No 203 Sorowajan, Yogyakarta tersebut merupakan hasil kerja sama antara PW Fatayat NU, bioskop Gadjah Wong Cinema, dan LKiS.  

RMI NU Tegal

Narasumber yang dihadirkan dalam acara tersebut di antaranya ialah penulis perempuan berkalung surban, Abidah El-Khalieqy, Cerpenis asal Pati, Ulfatin Ch, dan perwakilan dari komunitas Mata Pena, Isma Kazee. Tema yang disoroti dalam acara sarasehan kali ini ialah “Pengarusutamaan Gender dalam Kaya Sastra.”

RMI NU Tegal

Acara tersebut dihadiri oleh santri laki-laki dan perempuan serta kalangan Fatayat NU sendiri. Selain menggelar sarasehan sastra, acara yang dimulai sejak pukul 09.30 tersebut juga menyuguhkan film tentang kepenulisan oleh bioskop Gadjah Wong Cinema. Gadjah Wong Cinema merupakan salah satu bioskop miliki Lesbumi DIY yang memiliki tempat pemutaran film di Ngeban Resto, Jl. Cendrawasih, Gaten, Depok, Sleman. 

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor: Rokhim Bangkit  

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Cerita RMI NU Tegal

Senin, 29 Januari 2018

Bukan Veto, Pengambilan Keputusan PBB Seharusnya dengan Suara Terbanyak

Jakarta, RMI NU Tegal. Ada 128 negara yang menentang keputusan sepihak Amerika Serikat yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Hanya sembilan yang mendukung Amerika Serikat, sebanyak 35 negara lainnya abstain, dan 21 negara sisanya abstain dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB) yang digelar di New York, Kamis (21/12).

Menanggapi hal itu, Pakar Timur Tengah Universitas Indonesia (UI) Abdul Muta’ali menyebutkan, hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas negara di dunia ini bersama Palestina dan menolak klaim sepihak Amerika Serikat.

Bukan Veto, Pengambilan Keputusan PBB Seharusnya dengan Suara Terbanyak (Sumber Gambar : Nu Online)
Bukan Veto, Pengambilan Keputusan PBB Seharusnya dengan Suara Terbanyak (Sumber Gambar : Nu Online)

Bukan Veto, Pengambilan Keputusan PBB Seharusnya dengan Suara Terbanyak

“Artinya,  mayoritas negara-negara di dunia melalui forum Sidang Majelis Umum PBB bersama Palestina,” kata Muta’ali kepada RMI NU Tegal melalui pesan tulis, Jumat (22/21).

Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam UI ini menyayangkan, hasil pemungutan suara tersebut hanya bersifat rekomendasi. Ia berharap, ke depan PBB harus mengubah pola pengambilan resolusi keputusan, yaitu berdasarkan dengan suara terbanyak.

“Bukan melalui veto,  melainkan suara terbanyak,” katanya.

Menurut dia, hasil pemungutan suara (voting) ini bisa dijadikan sebagai ajang untuk mengucilkan Amerika Serikat. Negara-negara yang menentang tersebut bisa membangun klausul baru untuk menentang klaim sepihak Donald Trump.

RMI NU Tegal

Selain itu, Organisasi Kerjasama Islam (OKI) bisa membawa keputusan Trump tersebut ke Mahkamah Internasional di Den Haag Belanda. Ini bisa menjagal keputusan sepihak Trump tersebut.    

“Hal ini dilakukan untuk mencegah Intifada ketiga, agar tak banyak lagi korban yang berjatuhan,” terangnya.

Pada 1967, Israel menduduki wilayah Palestina, termasuk Yerusalem. Tetapi, PBB menerbitkan Resolusi yang menyatakan bahwa Yerusalem di bawah otoritas internasional. Pada 1980, Israel membuat Undang-Undang yang menyatakan Yerusalem adalah ibu kotanya. Tahun 1995, Amerika Serikat menguatkan UU tersebut. Hingga kemudian yang terbaru adalah keputusan sepihak Trump yang menyebutkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Rabu, 6 Desember 2017 lalu.

RMI NU Tegal

“Segala upaya untuk mengubah status quo Yerussalem merupakan tindakan ilegal,” tegas Doktor lulusan Universitas The Holy Quran and Islamic Sciences Sudan ini. (Muchlishon Rochmat)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Makam, Nahdlatul Ulama, Cerita RMI NU Tegal

Kamis, 25 Januari 2018

Fasilitasi Jiwa Kewirausahaan Santri, Pesantren Al-Nahdlah Buka eLSAS Mart

Jakarta, RMI NU Tegal - Direktur Pesantren Al-Nahdlah Depok KH Asrorun Niam Sholeh resmi membuka eLSAS Mart, sejenis minimarket, Ahad (23/4). Upacara ini menandai beroperasinya eLSAS Mart di lingkungan Pesantren Al-Nahdlah, Depok, Jawa Barat.

Katib Syuriyah PBNU ini menegaskan, di samping melayani kebutuhan para santri, eLSAS Mart ini juga berfungsi sebagai laboratorium kewirausahaan santri.

Fasilitasi Jiwa Kewirausahaan Santri, Pesantren Al-Nahdlah Buka eLSAS Mart (Sumber Gambar : Nu Online)
Fasilitasi Jiwa Kewirausahaan Santri, Pesantren Al-Nahdlah Buka eLSAS Mart (Sumber Gambar : Nu Online)

Fasilitasi Jiwa Kewirausahaan Santri, Pesantren Al-Nahdlah Buka eLSAS Mart

"Ini akan difungsikan sebagai laboratorium kewirausahaan santri Al-Nahdlah. Ke depan, di samping tafaqquh fid din, santri Al-Nahdlah siap menjadi interpreneur santri," kata Kiai Asrorun Niam seperti dalam rilisnya kepada RMI NU Tegal.

Kehadiran eLSAS Mart dimaksudkan sebagai wahana pengembangan kewirausahaan para santri. eLSAS Mart didirikan atas kemitraan pihak pesantren dan manajemen Alfamart. Di samping jual-beli, kerja sama Al-Nahdlah dan Alfamart juga bergerak pada bidang pelatihan kewirausahaan santri, melalui lini SDM dan bisnis center.

RMI NU Tegal

"Pendidikan kewirausahaan akan masuk dalam kurikulum Al-Nahdlah di bawah kemitraan dengan tim Alfamart," tegasnya.

RMI NU Tegal

Sebelum kehadiran eLSAS Mart, Al-Nahdlah sudah memiliki kawasan pusat bisnis Al-Nahdlah yang terdiri atas beberapa kios dan rumah sewa untuk menopang kegiatan sosial dan pendidikan. Semuanya berada di bawah Yayasan Lembaga Studi Agama dan Sosial (eLSAS Foundation). (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Cerita RMI NU Tegal

Rabu, 24 Januari 2018

Rais Aam: NU Mengayomi Semua Umat

Garut, RMI NU Tegal. Pejabat Rais Aam PBNU KH A. Mustofa Bisri menegaskan NU adalah pemimpin umat, bukan pemimpin sebagian umat saja. Pemimpin yang hanya mengayomi sebagian golongan saja tidak layak disebut sebagai pemimpin. NU didirikan untuk mengayomi semua umat.

Kiai yang akrab disapa Gus Mus ini kemudian merujuk pada masa pra-lahirnya jam’iyyah? Nahdlatul Ulama. Saat itu para santri muda yang kemudian menjadi pendiri NU menjalin komunikasi dan memikirkan strategi perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia di tengah-tengah masa studi mereka di Arab Saudi.

Rais Aam: NU Mengayomi Semua Umat (Sumber Gambar : Nu Online)
Rais Aam: NU Mengayomi Semua Umat (Sumber Gambar : Nu Online)

Rais Aam: NU Mengayomi Semua Umat

"Para santri muda tersebut diantaranya adalah KH Hasyim Asy’ari (Jombang), KH Bisri Sansuri (Denanyar), KH Wahab Hasbullah (Tambakberas), dan KH Anwar Musyaddad (Garut)," katanya pada pidato majma buhuts an-nahdliyah di pesantren Al-Musaddadiyah, Garut, Jawa Barat, Sabtu (31/5).

RMI NU Tegal

Dalam kapasitasnya sebagai santri, mereka tidak saja mendoakan komunitas pesantren di tanah air, melainkan juga mendoakan seluruh rakyat Nusantarayang sedang dijajah. Bahkan, kemudian kecintaan para santri muda di tanah Arab itu terejawantahkan ketika mereka mulai mendiskusikan perlunya organisasi yang akan mewadahi kaum santri dan pesantren untuk merebut kedaulatan Nusantara dari tangan penjajah.

RMI NU Tegal

Dimensi jam’iyyah dan sekaligus jama’ah

Masih menurut KH A. Mustofa Bisri, para pendiri NU sadar betul dawuh Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah bahwa kebathilan yang terorganisir saja akan mengalahkan kebaikan, apalagi bila kebaikan diorganisir maka niscaya problematika umat dan bangsa akan dengan mudah diselesaikan.

Namun sayangnya, kritik Gus Mus, NU hingga kini belum juga bertransformasi menjadi jam’iyyah atau organisasi yang sesungguhnya. NU hanya kuat pada tingkat jama’ah saja. Padahal yang menjadi garis pembeda antara NU dengan organisasi-organisasi lainnya adalah NU memiliki dimensi jam’iyyah dan sekaligus jama’ah.

“Ini yang otentik dari NU dan tidak ada di organisasi lainnya. Kalau pun ada itu hanya meniru-niru NU,” tegas Kiai yang produktif menulis karya sastra ini.“Bila banyak pengamat NU seperti Mitsuo Nakamura, Andree Feillard, atau Martin van Bruinessen heran kenapa organisasi seperti NU ini tidak mati-mati, justru saya heran kenapa organisasi sebesar ini tidak hidup-hidup juga,” kritik Gus Mus yang disahut dengan tepukan riuh peserta yang hadir.

Pejabat Rais Aam yang menggantikan tongkat kepemimpinan KH Sahal Mahfudh ini menyebutkan,? yang membedakan antara NU dengan organisasi lainnya adalah karena NU bermula dari adanya komunitas-komunitas di berbagai penjuru Nusantara. Komunitas-komunitas tersebut memiliki karakteristik yang sama, yakni ada kiai, santri dan masyarakat pesantren. Dengan kata lain, NU sudah terlebih dahulu lahir sebagai jama’ah yang kemudian melatar-belakangi kelahirannya sebagai jam’iyyah (organsiasi).

Hal lain yang membuat NU otentik dibandingkan dengan organisasi lainnya adalah keberadaan orang-orang yang seolah-oleh mewakafkan dirinya untuk masyarakat. Mereka adalah para kiai yang jadi sumber rujukan masyarakat.

Gus Mus memberikan contoh, misalnya orang sakit datang ke kiai untuk diberi minum air yang sudah didoakan, orang tua menitipkan anaknya di pesantren untuk diberi pengetahuan, ingin berdagang minta didoakan agar dagangannya laris, akan bercocok tanam sowan ke kiai untuk didoakan agar tidak diserang hama, dan seterusnya. Semuanya dipenuhi para kiai tanpa dibayar. Para kiai tersebut hanya ingin meniru Nabi Muhammad SAW yang memperkenalkan konsep pemimpin sebagai khadimul ummah, bukan pemimpin yang justru merepotkan umatnya.

‘Alaikum bil NU’

Namun sayangnya, kiai yang penyair tersebut mengajukan kritik, sebagai organisasi besar NU seringkali diperalat oleh orang-orang luar. Padahal Gus Mus berkeyakinan bahwa apa yang disebut ‘alaikum bis sawadil a’dhom adalah sama dengan ‘alaikum bil NU’.

Anggota NU saat ini lebih dari 70 juta pengikut. Pengikut NU saja sudah tiga kali lipat lebih dibandingkan dengan jumlah total penduduk Arab Saudi. “Namun sebagai organisasi, NU hingga kini belum sepenuhnya organisatoris, kata Gus Mus.”

Bila NU bisa lebih terstruktur, niscaya akan menjadi kekuatan yang dahsyat bagi perubahan di negeri ini. Hal ini bisa terjadi bila, salah satunya, NU menjalankan tertib organisasi secara benar seperti semua elemen di tubuh NU berada satu garis komando dari Rais Aam. (Saifuddin Ihsan/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Anti Hoax, Internasional, Cerita RMI NU Tegal

Sabtu, 13 Januari 2018

Tabarruk Dipraktikkan Sejak Zaman Nabi

Jakarta, RMI NU Tegal. Mengharap bertambahnya kebaikan (tabarruk) melalui orang dan benda-benda tertentu pernah dipraktikkan sendiri oleh Rasulullah SAW, kemudian diikuti para sahabat, tabi’in, dan para penerusnya. Selama tetap memelihara tali tauhid, kegiatan tabarruk sah dilaksanakan dan akan berdampak positif bagi yang melakukannya.

Demikian pokok materi Kajian Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang digelar Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), Rabu (31/5) malam, di Gedung PBNU, Jakarta Pusat. Hadir dalam kesempatan ini, Ketua PP LDNU KH Zakky Mubarak, Wakil Ketua PP LDNU Syamsul Ma’arif, KH Abu Na’im Khofifi, serta sejumlah pengurus PBNU dan ulama lainnya.

Tabarruk Dipraktikkan Sejak Zaman Nabi (Sumber Gambar : Nu Online)
Tabarruk Dipraktikkan Sejak Zaman Nabi (Sumber Gambar : Nu Online)

Tabarruk Dipraktikkan Sejak Zaman Nabi

Kajian bertema “Konsep Tabaruk dalam Islam” ini dipimpin KH Misbahul Munir, pengasuh Pesantren Ilmu al-Qur’an al-Misbah. Menurutnya, dalil tabarruk bisa ditemukan secara jelas dalam al-Qur’an, Hadits, teladan sahabat, dan sejumlah kitab-kitab induk ulama klasik. 

RMI NU Tegal

Misbahul mengutip surat al-Baqarah (125). Ayat ini turun dilatari pertanyaan Umar kepada Rasulullah tentang keberadaan lokasi berdiri (maqam) Nabi Ibrahim. Nabi menjawab, lalu turun ayat “dan jadikanlah maqam Ibarahim sebagai tempat shalat.” Ia menunjukkan dalil lain dalam surat al-Baqarah (248) dan surat Yusuf (96).

Misbahul juga melanjutkan, Nabi sendiri pernah bertabarruk dengan air wudhu kaum muslimin dengan cara menyuruh mengambilkan air dari tempat bersuci kaum muslimin lalu meminumnya. “Fayasyrab yarju barakata aidil muslimin (lalu Nabi minum seraya mengharap keberkahan dari tangan-tangan kaum muslimin),” ujarnya merujuk hadits dalam kitab Syu’abul Iman.

RMI NU Tegal

Para sahabat dan ulama-ulama terkemuka, lanjutnya, juga turut memeragakan tabarruk, seperti mencium tangan, ziarah, menghormati tempat dan barang-barang khusus, bahkan menggunakannya sebagai sarana (wasilah) untuk tujuan-tujuan tertentu.

Kajian Aswaja merupakan agenda rutin PP LDNU sebagai bagian dari rangkaian acara Istighasah dan Pengajian Bulanan yang diselenggarakan saban Rabu malam pada minggu terakhir tiap bulan. Tujuannya adalah untuk memperluas wawasan, memupuk kebersamaan, dan menghindari permusuhan antarkelompok yang berbeda pandangan keagamaan.

 

Redaktur : Syaifullah Amin

Penulis     : Mahbib Khoiron

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal IMNU, Cerita RMI NU Tegal

Abdullah Syarwani: Sangat Tepat Penolakan PBNU Terhadap Khilafah

Jakarta, RMI NU Tegal. Sikap tegas Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang menolak penerapan sistem kekhalifahan di Indonesia dinilai sangat tepat oleh H Abdullah Syarwani SH, Dubes RI untuk Lebanon, baik secara kultur maupun geopolitik.

Dikatakan, isu kekhilafahan sendiri tidak cukup popular di negara-negara Timur Tengah Sendiri. Hamas di Palestina, maupun Hizbullah yang sangat kuat di Lebanon sama sekali tidak mengangkat isu khilafah, walaupun keislaman mereka terbilang militan.

“Barangkali mereka menyadari ruwetnya penerapan sistem Islam di tingkat nasional apalagi menerapkan sistem pemerintahan yang bersifat transnasional itu,” kata Syarwani kepada RMI NU Tegal di Jakarta, Kamis (23/8).

Abdullah Syarwani: Sangat Tepat Penolakan PBNU Terhadap Khilafah (Sumber Gambar : Nu Online)
Abdullah Syarwani: Sangat Tepat Penolakan PBNU Terhadap Khilafah (Sumber Gambar : Nu Online)

Abdullah Syarwani: Sangat Tepat Penolakan PBNU Terhadap Khilafah

Apalagi dalam negara Pancasila seperti Indonesia, sistem itu tidak relevan dan memang secara praktis sulit diwujudkan dan apaya ke sana akan banyak merusak sistem kehidupan yang ada. Sementara bagi warga Nahdliyyin (NU), ketika aspirasi negara Islam sebagaimana yang tercermin dalam Piagam Jakarta telah ditempatklan sebagai jiwa dari konstutusi maka itu dianggap sudah cukup.

“NU memerlukan substansi agama, bukan formalitasnya. Ini sebuah sikap kenegaraan dan kebangsaan yang benar,” kata kader NU yang pernah menjadi pengurus Gerakan Pemuda Ansor tahun 1970-an itu.

RMI NU Tegal

Abdullah Syarwani yang juga dikenal sebagai sesepuhnya LSM itu mengingatkan, walaupun saat ini umat Islam Indonesia telah hidup dalam arus global sehingga membawa kita pada globally thought (berpikir secara global), namun tetap harus berpijak pada bumi sendiri agar tetap relevan. Karena itu, lanjutnya, NU harus bertindak secara lokal-nasional (local action), mengingat banyak persoalan lokal yang perlu diperhatikan bahkan perlu diperjuangkan agar tidak lenyak dalam arus globalisasi, baik politik, ekonomi maupun budaya.

“Sistem khilafah yang ditawarkan oleh Hizbut Tahrir itu adalah salah satu bentuk globaliasasi politik, yang ini tidak sesuai dengan nation state yang telah kita perjuangkan dan kita bangun. Dengan nation state itu kita perjuangkan toleransi dan keanekaragaman budaya, yang selalu akan diseragamkan oleh ideologi global transnasional, baik yang dating dari kalangan Islam maupun lainnya,” katanya.

Dikatakan, NU sangat menghormati tradisi dan budaya lokal termasuk tradisi politiknya. Karena tradisi itu yang sangat dekat dan relevan bagi kehidupan masyarakat. Sementara itu Pancasila merupakan yang dipegang NU merupakan puncak kompromi dari seluruh proses itu di masa lalu dan sekarang masih relevan untuk digunakan.

“Karena itu sangat tepat kalau NU menawarkan Islam dengan asaas Pancasila dan ahlussunnah wal jamaah itu pada dunia luar, sehingga melahirkan Islam yang toleran dan moderat, tetapi bersikap tegas terhadap gerakan yang bertentangan dengan prinsip NU,” katanya.

Bila bersikap demikian, maka secara organisasi NU benar-benar telah matang. Karena itu, menurut Abdullah Syarwani, KH Hasyim Muzadi dan PBNU harus konsisten dengan Sikapnya yang tegas itu.(dam)

RMI NU Tegal



Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Cerita, Ulama, Kajian RMI NU Tegal

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs RMI NU Tegal sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik RMI NU Tegal. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan RMI NU Tegal dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock