Tampilkan postingan dengan label Olahraga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Olahraga. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 Februari 2018

Imam Mudzakir, Awan PBNU Tutup Usia

Jakarta, RMI NU Tegal. Kabar duka kembali menyelimuti Nahdliyin. Salah seorang A’wan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Imam Mudzakir wafat, Selasa (16/5), pukul 09.15 WIB, di Ruah Sakit MMC Kuningan, Jakarta.

Berita tersebut segera menyebar di grup-grup Whatsapp dan mengundang ucapan belasungkawa dari berbagai kalangan. Sebelumnya, almarhum menjalani perawatan di rumah sakit beberapa hari lantaran sakit paru.

Imam Mudzakir, Awan PBNU Tutup Usia (Sumber Gambar : Nu Online)
Imam Mudzakir, Awan PBNU Tutup Usia (Sumber Gambar : Nu Online)

Imam Mudzakir, Awan PBNU Tutup Usia

Terakhir almarhum mengemban amanah sebagai ketua panitia pembangunan kampus Universitas Nadhaltul Ulama (UNU) Indonesia setelah sebelumnya sukses memimpin proyek pembangunan Masjid an-Nahdlah yang terletak di Lantai 1 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta.

Wasekjen PBNU H Ulil Abshar Hadrawi mengenang Imam Mudzakir sebagai sosok pejuang NU yang gigih dan tanpa pamrih. “Beliau sangat ramah dan dermawan. Kita kehilangan salah satu figur yang bisa diteladani,” katanya. (Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal

RMI NU Tegal Ulama, Olahraga, Nahdlatul Ulama RMI NU Tegal

Selasa, 23 Januari 2018

Mahasiswa STAINU Selesaikan Program Kelas Internasional

Kenitra, RMI NU Tegal. Program Kelas Internasional kerjasama Kemenag RI Direktorat PD. Pontren, STAINU Jakarta dan Universitas Ibnu Thufail yang diikuti 21 mahasiswa STAINU Jakarta telah selesai dilaksanakan, Rabu (2/01/13).

Demikian dikatakan oleh Dr Narullah Jasam yang telah tiba di Maroko pada tanggal 1 Januari 2013.? Program tersebut berlangsung selama kurang lebih 1 tahun, dihitung sejak kedatangan mereka pada bulan Januari tahun 2012 sampai tanggal 2 Januari 2013.

Mahasiswa STAINU Selesaikan Program Kelas Internasional (Sumber Gambar : Nu Online)
Mahasiswa STAINU Selesaikan Program Kelas Internasional (Sumber Gambar : Nu Online)

Mahasiswa STAINU Selesaikan Program Kelas Internasional

Di dalam kelas reguler para peserta menimba ilmu bahasa Arab serta ilmu-ilmu keislaman lainnya, setiap hari mereka berbaur dengan mahasiswa Maroko dan juga mahasiwa asing lainnya.

Pada hari itu juga, bertempat di Fakultas Adab Universitas Ibnu Thufail menggelar perpisahan dan pemberian sertifikat. Turut hadir dalam acara tersebut dari pihak Universitas ? Ibnu Thufail, Dr Abdul Hanin Bel Haj Dekan Fakultas Adab, Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Kerjasama Dr Jamal al Karkuri, sekretarus Dekan Hamid Bense, dan dari Jurusan Islamic Studis Dr al Bukiri Ahmad, dari pihak STAINU Jakarta, Pembantu Ketua II Dr Nasrullah Jasam, dari KBRI Rabat, Suparman Hsibuan dan Dedi Rinaldi.

RMI NU Tegal

Dalam acara tersebut juga diserahkan sertifikat hasil studi mahasiswa STAINU Jakarta, Nuris Zein dan Irfan Prasetyo meraih nilai tertinggi masing-masing dalam bidang Study Islam dan Bahasa Arab. Dalam kesempatan itu, Dekan Fakultas Adab dan jajarannya memberikan apresiasi luar biasa kepada mahasiswa STAINU Jakarta yang telah mengikuti program tersebut dengan baik.?

Sementara Dr Nasrullah Jasam yang mewakili STAINU Jakarta mengucapkan ribuan terimakasih kepada Dekan fakultas Adab yang telah memberikan kesempatan kepada Mahasiswa STAINU Jakarta menimba ilmu di Fakultas Adab Universitas Ibnu Thufail, hal senada juga disampaikan oleh Suparman Hasibuan (Pensosbud KBRI Rabat) dan Dedi Rinaldi (Staff Pensosbud KBRI Rabat).

RMI NU Tegal

Pada kesempatan tersebut juga dibicarakan mengenai keberangkatan angkatan ke II Program Kelas Internasional yang berjumlah 15 orang kerjasama Kementrian Agama RI Direktorat PD. Pontren, STAINU Jakarta dan Universitas Ibnu Thufail yang akan di berangkatkan akhir Januari 2013.?

Menanggapi hal itu, Dekan Fakultas Adab sangat antusias dan senang dengan keberlanjutan Program ini, beliau mengatakan bahwa fakultas Adab siap menyambut dengan baik dan memberikan kesempatan untuk angkatan ke II belajar seperti halnya angkatan ke I, beliau juga memberikan beberapa masukan terkait dengan Program ini agar bisa berjalan lebih maksimal.

Redaktur ? : Mukafi Niam

Kontributor: Kusnadi El-Ghezwa

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Olahraga, Pendidikan RMI NU Tegal

Kamis, 18 Januari 2018

Problem Sosial Muncul karena Maraknya Kebencian

Jakarta, RMI NU Tegal. Salah satu ujian yang sangat sulit kita terima adalah mendapat cercaan dan hinaan dari orang lain. Karena hal itu dapat membangkitkan amarah dan dendam yang luar biasa, sehingga terjadi pertengkaran yang bahkan dapat menimbulkan pembunuhan.

Hal itu disampaikan oleh KH Hasbiallah Hasyim dalam pengajian kitab Nasa’ih al-Diniyah di Cipinang, Jakarta pekan lalu.

Problem Sosial Muncul karena Maraknya Kebencian (Sumber Gambar : Nu Online)
Problem Sosial Muncul karena Maraknya Kebencian (Sumber Gambar : Nu Online)

Problem Sosial Muncul karena Maraknya Kebencian

Kesulitan seperti ini, kata Kiai Hasbi, seringkali dihadapi oleh sebagian masyarakat. Berbagai problem sosial terjadi diakibatkan karena maraknya kebencian, iri, dan sombong antarsesama. Kebanyakan dari mereka juga tak kuasa menahan kesabaran, dan minimnya keinginan untuk menciptakan harmonisasi dalam kehidupan sosial.

“Pergaulilah orang lain, sebagaimana kita ingin digauli. Karena kehidupan itu harus seirama. Kalau kita ingin orang datang ke kondangan kita, ya kita harus datang dulu ke kondangannya. Bagaimana orang mau kenal sama kita sedangkan kita sendiri acuh terhadap mereka,” ucap Kiai Hasbi.

RMI NU Tegal

Dalam hal seperti ini, sambungnya, sebagai umat Islam jangan sampai terlepas dari mencontoh Rasulullah SAW. Karena dengan mencontohnya kita akan menjadi manusia yang mampu mengontrol kadar emosional dalam diri.

“Rasulullah, selama hidupnya selalu penuh dengan kesabaran. Salah satunya adalah sabar dalam menghadapi cercaan dan hinaan dari orang lain.” tukas Pimpinan Pondok Pesantren Salafiyyah Al-Arba’in Bojonggede, Kabupaten Bogor itu.

Pertama, sambungnya, Rasulullah tidak sama sekali membenci orang-orang yang mengganggunya.

“Ketika Nabi diludahi, dicaci, bahkan sampai sorbannya ditarik hingga robek pun, nabi tidak benci kepada orang tersebut,” ucapnya.

RMI NU Tegal

Kedua, Rasulullah tidak suka terhadap sifat buruk yang ada pada diri orang-orang yang membencinya.

“Janganlah kita diam kepada orang yang mempunyai sifat buruk seperti itu. Kita harus merasa prihatin, dan ingin sekali agar sifat buruk itu hilang,” sambungnya.

Terakhir, Rasulullah selama hidupnya tidak pernah menyumpahi orang lain, termasuk orang-orang yang membencinya.

“Selama hidup Rasulullah, ia sama sekali tidak pernah menyumpahi orang lain. Bahkan, orang yang menghinanya saja ketika sakit, dijenguk,” tegasnya.

Menurutnya, mengikuti akhlak Nabi Muhammad SAW merupakan solusi yang paling konkrit dalam menghadapi gejala-gejala kompleks. Sabar, ikhlas, dan berserah diri pada kehendak Allah, akan menjadikan manusia yang selalu rendah hati.

“Maka dari itu, pantaslah bahwa Allah memberi gelar uswatun hasanah kepada Rasulullah dalam firman-firman-Nya di dalam Al-Qur’an, karena begitu mulia akhlaknya,” pungkasnya. (Ahmad Rifaldi/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Olahraga, Pahlawan, Hikmah RMI NU Tegal

Senin, 15 Januari 2018

Membahagiakan Santri dalam Dua Menit

Ketua PBNU, M. Imam Aziz menceritakan pengalamannya bertamu kepada seorang kiai. Di tengah kesibukannya menerima tamunya, sang kiai pamit.

"Sebentar, saya pamit keluar dulu ya," ujar sang tuan rumah pada para tamunya. Tentu para tamu mempersilakan tuan rumahnya pergi.

Membahagiakan Santri dalam Dua Menit (Sumber Gambar : Nu Online)
Membahagiakan Santri dalam Dua Menit (Sumber Gambar : Nu Online)

Membahagiakan Santri dalam Dua Menit

Tetapi, tak sampai tiga menit, sang tuan rumah masuk lagi ke ruang tamu, duduk kembali menghadapi para tamunya.?

RMI NU Tegal

"Kok sebentar, Kiai? Emang dari mana?" tanya salah seorang tamu yang kaget, tiba-tiba tuan rumah ada di hadapannye kembali.

"Membahagiakan santri?" jawab kiai pendek.

"Bagaimana caranya? Membahagiakan santri kok cuma dua menit?" tanya si tamu penasaran, pikirannya sudah ke mana-mana.

RMI NU Tegal

"Saya cuma bilang ke santri, Kang, ngijene libur ya.." jawab kiai enteng. Seisi ruang tamu tertawa. (Hamzah Sahal)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Kajian, IMNU, Olahraga RMI NU Tegal

Selasa, 09 Januari 2018

Angon Wedus Dituduh Wedus

Oleh Aswab Mahasin

Akhir-akhir ini, Indonesia seringkali dihebohkan oleh fenomena “kiro-kiro” (kira-kira). Sayangnya, fenomena “kiro-kiro” tersebut tidak diukur melalui proses benar/salah, sesuai/tidak, dan nyambung/tidak. Melainkan langsung jatuh vonis: Anda salah, Anda menyimpang, dan Anda keliru. Seringkali masyarakat kita terjebak dengan ‘nampak luar’ dan ‘nampak isu’. Pengandaiannya begini, orang angon wedus (gembala kambing) sering dituduh kalau dia wedus dan orang masuk kandang ayam sering dituduh kalau dia bagian dari ayam.

Angon Wedus Dituduh Wedus (Sumber Gambar : Nu Online)
Angon Wedus Dituduh Wedus (Sumber Gambar : Nu Online)

Angon Wedus Dituduh Wedus

Masih kental diingatan kita, Gus Dur pernah membuka wacana kerja sama dagang dengan Israel. Namun, tidak sedikit masyarakat yang menuduh Gus Dur adalah antek Yahudi, antek zionis, dan antek-antek lainnya. Padahal yang Gus Dur lakukan adalah “angon wedus” dengan kata lain “angon Israel”.

Gus Dur dalam wacananya tidak begitu saja membuka kerja sama dengan Israel, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Israel itu sendiri, seperti: mempertimbangkan nasib rakyat Palestina dan dilibatkannya Indonesia dalam proses perdamaian di Timur Tengah (notabene Indonesia sebagai negara mayoritas muslim terbesar).

Gus Dur sebelumnya melakukan pertemuan dengan 16 Duta Besar Negara-negara Arab, termasuk Dubes Palestina saat itu Ribhi Y Awad. Kata Awad, “Gus Dur dan Indonesia tidak akan melakukan hubungan diplomatik dengan Israel sebelum bangsa Palestina mendapatkan kemerdekaan, dan Indonesia juga tidak akan membuka hubungan kerjasama dengan Israel, sebelum Israel melepas tawanan Palestina, dan sebelum Israel mengembalikan wilayah-wilayah Arab yang diduduki Israel”.

RMI NU Tegal

Jika kita lihat konteksnya, Gus Dur sedang mencoba ngangon Israel, bukan menjadi Israel. Namun, kebiasaan masayarakat kita setiap “angon” dikira “menjadi apa yang di-angon”. Ini yang dinamakan “angon wedus dituduh wedus” sama dengan “angon Israel dituduh Israel”. Padahal Gus Dur ngangonitu supaya wedus (baca: Israel) tidak liar, dan bisa dikendalikan secara sikap politiknya. Untuk mengendalikan sesuatu yang liar maka harus dibimbing, diarahkan, dan diikat emosionalnya, dengan cara ‘angon’.

Belum lama juga, kita ingat geger tentang Cak Nun perihal kedekatannya dengan orang-orang HTI. Bagi pemahaman saya sekarang, itu adalah pancingan yang dilakukan oleh Cak Nun, dengan lebih awal menembak NU dulu. Karena HTI paling tidak klop dengan NU. Ini adalah cara Cak Nun untuk berdialog hangat dengan HTI, dan memberikan pemahaman utuh tentang keindonesiaan kepada HTI. 

RMI NU Tegal

Tepatlah sasaran Cak Nun, orang-orang HTI itu akhirnya soan ke kediaman Cak Nun (tanpa disangka dan tanpa diduga), dan meminta petuah kepada Cak Nun, dan di sinilah Cak Nun mencoba menggiring mereka kepada pemahaman utuh tentang khilafah dan keindonesiaan. Cak Nun mengatakan, pemahaman khilafah saya dengan khilafah Anda sebagai HTI berbeda. Namun, apa yang terjadi? 

Cak Nun, mencoba masuk kandang ayam, dan beliau-pun dikira ayam oleh kebanyakan orang. Padahal niat Cak Nun, ingin membersihkan kandang ayam, memandikan ayam, dan menyemprot ayam agar terhidar dari bakteri-bakteri yang menyimpang. Tapi Cak Nun, dibredel habis-habisan, dengan mengatakan, “Cak Nun, ayam, Cak Nun, ayam, Cak Nun, ayam”.

Baru kemaren, medsos ‘geger berat’ masalah Banser yang dituding membubarkan pengajian Felix Siauw di Bangil, Pasuruan.Memang,Banser akhir-akhir ini getol menindaklanjuti orasi-orasi terselubung yang dilakukan orang-orang HTI. Namun, di Bangil ini gegernya gementus. Saya lihat banyak anggapan miring yang diarahkan kepada Banser. Dalam hal ini, kita harus mendudukkan pada pikiran yang jernih dan jiwa yang lapang. Jangan hanya gara-gara Felix sebagai objek, lantas Banser yang salah, tidak begitu.

Faktanya, Ansor/Banser ingin mencoba meminimalisir kemungkinan pencuri ikan di meja makan Indonesia ini. Banser tidak mau, pancasila sedikit demi sedikit digerogoti keutuhannya, NKRI dirongrong kesatuannya, dan Indonesia digantikan sistem pemerintahannya. Namun, tuduhan demi tuduhan itu datang kepada Banser, disangkanya banser melakukan perbuatan semena-mena terhadap suatu kelompok atau orang tertentu. Jelas, ini anggapan keliru. Banser melakukan itu, tanpa kekerasan, tanpa pentungan, dan tanpa ancaman. Karena itu, ini bukan pembubaran.

Banser mengajukan penawaran, agar seseorang itu menandatangani poin-poin tertentu yang diajukan, seperti: mengakui pancasila, tidak menyebarkan faham-faham negara Islam, dan menyatakan tidak ada sangkutpautnya dengan HTI. Namun, seseorang tersebut menolak dan memilih untuk pergi. Logikanya jelas tidak utuh kalau itu dinyatakan sebagai pembubaran, Banser ingin berdialog, berdamai, dan tidak mau ada keributan.

Banser ini sedang “angon” toleransi, sedang “angon” kesatuan, sedang “angon” pancasila, dan sedang “angon” Indonesia. Banser malah dituduh sebagai kepanjangan tangan penguasa, hanya berpihak kepada penguasa dan memuluskan kepentingan penguasa. Padahal aktifitas tersebut untuk kepentingan bersama—keuntuahan rumah kita, Indonesia Raya. Memang aneh, setiap berbicara pancasila maka dituduh bagian dari penguasa, dengan dalih—hanya penguasa yang boleh menafsirkan pancasila.

Namun, penjelasan seperti itu belum mampu meredam hiruk-pikuk di medsos yang kadung terperdaya oleh sumber-sumber berita menyudutkan. Dalam hal ini, saya hanya berharap Banser tetap istiqomah dan Banser bersabar atas tudingan ini-itu, meminjam istilah Gus Dur, “Nanti sejarah yang akan membuktikannya.”

Kita semua mengenal peribahasa, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, Di mana ranting dipatah, di situ air disauk, Masuk kandang kambing mengembek, masuk kandang kerbau menguak”. Peribahasa tersebut menyarankan agar kita selalu menyesuaikan dan mengikuti kebiasaan (cara hidup, cara pandang), dan adat istiadat di tempat kita berada.

Indonesia dengan berbagai intriknya bersepakat mengusung identitasnya Pancasila. Negara berdasar Pancasila bukan negara agama, tapi juga bukan negara sekuler, kata Prof. Dr. N. Drijakara tahun 1959. Bagaimana memahaminya? Bukan sekuler, karena negara mengakui dan memberi tempat buat religi. Bukan negara agama, karena tidak mendasarkan diri atas suatu agama tertentu.(Mahbub Djunaedi, Bukan Ini Bukan Itu, [Tempo, 15 Maret 1975])

Yang paling ruwet saat ini adalah dua kekuatan besar dibenturkan, di mana agama berbenturan dengan negara dan negara berbenturan dengan agama. Dan keduanya terkesan saling berlawanan. Ambil contoh pembubaran HTI, bagi sebagian orang menafsirkannya negara tidak berpihak kepada Islam. Namun, yang harus dipertanyakan ialah, kenapa hanya HTI yang dibubarkan?

Benturan itu terjadi tidak hanya dengan negara, namun dengan organisasi lainnya juga. Seharusnya HTI datang kepada pemerintah atau NU meminta bimbingan agar sesuai dengan misi dan visi pembangunan. Kalau HTI hanya ngambek di belakang, sampai kapanpun tidak akan ketemu titik pijaknya. Kita semua harus duduk bersama, dan HTI bertanya, saya salahnya dimana? Saya seharusnya bagaimana? Kalau HTI memang benar-benar ingin ikut andil dalam mencerdaskan dan membangun bangsa ini, HTI harus melakukan langkah-langkah yang cantik dan bijaksana.

Kita sebagai penonton, harus menghilangkan kebiasaan menduga-duga/mengira-ngira tuduhan-tuduhan yang belum tentu kebenarannya, lebih dulu harus dicek dan ditimang-timbang kesesuaiannya. Apalagi tuduhan-tuduhan yang mengarah pada perpecahan. Setiap ada yang “angon wedus” kita curigai, kalau semua kita curigai, lantas kita mau percaya kepada siapa dalam urusan dunia ini? Memang, kebenaran seringkali sepihak. Anehnya, ketika kita belajar tentang benar, itu untuk menyalahkan. Lantas, kalau semua disalahkan, siapa yang benar?

Sungguh, benar dan salah sudah tak terlihat di zaman medsos ini, apalagi zaman now, pemegang kuasa kebenaran tergantung bagaimana opini medsos yang berkembang, entah itu dituduh wedus atau dituduh ayam. Siapapun yang menentang kebenaran berita/informasi medsos maka ia akan dianggap salah dan siap-siap dihantam habis-habisan. Ketika kebenaran yang lebih valid datang, tidak akan diterima karena kebenaran yang sudah dianggap benar mendahului. Benar adagium yang menyatakan, “siapa yang menguasai media, ia menguasai dunia”. 

Efeknya adalah kita lebih menikmati “kentut” kita sendiri, dan tidak mau menerima “kentut” orang lain. Artinya, manusia selalu mengira apa yang dilakukannya itu putih (suci), padahal apa yang kita lakukan punya dua kemungkinan aroma, harum dan busuk. Karena itu, baiknya kita sama-sama bercermin dan introspeksi diri kita masing-masing.Bukan hal yang buruk berjalan memperbaiki diri, dalam posisi apapun dan dipihak manapun.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Wa’ tashimu bi habli allaihi jami’an wa la tafarraqu” (Dan bepeganglah kalian kepada tali Allah (secara) keseluruhan dan janganlah bercerai-berai/terpisah belah) (QS. Ali Imran [3]: 103). Menurut Gus Dur, ayat ini menunjukan kepada kita, yang dilarang bukannya perbedaan pandangan melainkan bersikap terpecah-belah satu dari yang lainnya. Hal ini diperkuat sebuah ayat lain (QS. Al-Maidah [5]: 3), “ta’wanu ‘ala al-birri wa al-taqwa”.

Kata Gus Dur, di sinilah kita perlu membangun kembali “kesatuan umat”(ummatan wahidatan). Mudah diucapkan, tapi sulit diwujudkan bukan?

Penulis adalah Pembaca Setia RMI NU Tegal.

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Olahraga RMI NU Tegal

Senin, 25 Desember 2017

Kemenag Brebes Santuni Yatim Piatu

Brebes,RMI NU Tegal. Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Brebes memberikan santunan kepada ratusan anak yatim piatu penghuni panti asuhan. Pemberian santunan sebagai bentuk kepedulian kepada anak-anak yatim.

“Kami ingin saling berbagai dan ingin meminta doa dari anak yatim,” tutur Kepala Kemenag Kab Brebes Drs H Imam Hidayat MPdI di sela pemberian santunan, di aula Kantor Kemenag Brebes, Selasa (15/7/14).

Kemenag Brebes Santuni Yatim Piatu (Sumber Gambar : Nu Online)
Kemenag Brebes Santuni Yatim Piatu (Sumber Gambar : Nu Online)

Kemenag Brebes Santuni Yatim Piatu

Menurut Imam, doa anak yatim sangat makbul. Untuk itu, dia berharap dari mereka agar segenap keluarga besar Kemenag Brebes mendapatkan perlindungan dari Allah SWT, bisa bekerja dengan baik dan benar, mendapatkan rezeki yang melimpah dan halal. “Kami hanya berharap doa dari anak-anak yatim ini,” kata Imam.

RMI NU Tegal

Sebelumnya, para anak yatim diajak berbuka puasa bersama dan shalat maghrib berjamaah, mereka juga diajak berdiskusi dan menyampaikan taushiyah Ramadhan serta menjawab berbagai pertanyaan dari Kepala Kemenag, Kasubag TU dan para Kepala Seksi. “Bagi yang bertanya dan berani tampil kami beri hadiah,” tutur H Makmur MPdI selaku panitia penyelenggara.

RMI NU Tegal

Santunan diberikan kepada 100 anak yatim menghuni panti asuhan Putra Muslimat Kauman Brebes, panti asuhan Muhammadiyah Pasarbatang dan panti asuhan Darul Nadlonal Gamprit Brebes. “Meskipun besarnya santunan kecil, tapi mudah-mudahan bernilai tinggi sebagai bentuk kepedulian kami,” tambah Makmur.

Ahmad, salah seorang penghuni panti merasa gembira mendapatkan santunan dari Kemenag. Karena perhatian dari instansi menjelang hari raya dan tahun pelajaran baru sangat meringankan beban dirinya. “Ya, Alhamdulillah bisa buat beli buku baru,” tuturnya.

Selain pemberian santunan, Kemenag juga memberikan bantuan Al-Qur’an, ruku, sarung, mukena untuk 34 masjid di 17 kecamatan se-Kabupaten Brebes. Pemberian bantuan diserahkan pada saat Safari Ramadhan bersama Bupati Brebes dan Forkompinda. “Minimal, di masjid tersebut tersedia Al-Qur’an, sarung dan mukena untuk memfasilitasi para musafir yang hendak beribadah shalat,” terangnya. (wasdiun/abdullah alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Olahraga, Lomba RMI NU Tegal

Minggu, 24 Desember 2017

MWCNU Besuk Gelar Pelatihan Rukun Kifayah

Probolinggo, RMI NU Tegal. Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Besuk Kabupaten Probolinggo, Selasa (3/3) menggelar pelatihan rukun kifayah di Kantor MWCNU Besuk. Pelatihan ini diikuti oleh 100 orang peserta mulai dari pengurus MWC hingga ranting NU baik lembaga maupun badan otonom se-MWCNU Besuk.

Dalam pelatihan rukun kifayah ini, ada beberapa materi yang diberikan mulai dari perawatan saat mendekati sakaratul maut, memandikan, mengkafani, mensholati hingga menguburkan jenazah.

MWCNU Besuk Gelar Pelatihan Rukun Kifayah (Sumber Gambar : Nu Online)
MWCNU Besuk Gelar Pelatihan Rukun Kifayah (Sumber Gambar : Nu Online)

MWCNU Besuk Gelar Pelatihan Rukun Kifayah

Ketua Tanfidziyah MWCNU Kecamatan Besuk Hasan Zainuri mengungkapkan pelatihan rukun kifayah ini digelar dengan tujuan untuk menyamakan persepsi dan praktek pelaksanaan perawatan jenazah sesuai syariat Islam.

RMI NU Tegal

“Sebab masih ada di beberapa wilayah ketika ada jenazah laki-laki yang memandikan adalah perempuan yang bukan mahromnya dan sebaliknya. Dengan adanya pelatihan ini, jika ada jenazah laki-laki maka yang merawat (memandikan dan mengkafani) juga laki-laki dan sebaliknya,” ungkapnya.

Menurut Zainuri, pelatihan rukun kifayah ini dimaksudkan untuk bisa berbagi ilmu pengetahuan secara mendalam terkait tata cara merawat jenazah yang benar menurut aturan dan syariat agama Islam.

RMI NU Tegal

“Dengan pelatihan ini warga NU bisa memahami bagaimana cara merawat jenazah yang benar sesuai dengan tuntunan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah dan kitab-kitab yang digunakan oleh ulama NU,” jelasnya.

Dengan pelatihan ini Zainuri mengharapkan agar warga NU bisa terampil dan paham dalam merawat jenazah sesuai dengan tuntunan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah dan syariat agama Islam.

“Setidaknya mampu menciptakan kader NU yang benar-benar handal dan terampil dalam merawat jenazah. Hal ini penting agar nantinya warga NU bisa merawat jenazah keluarganya sendiri tanpa tergantung kepada orang lain,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Pemurnian Aqidah, Makam, Olahraga RMI NU Tegal

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs RMI NU Tegal sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik RMI NU Tegal. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan RMI NU Tegal dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock