Tampilkan postingan dengan label Warta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Warta. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Februari 2018

Amankan Natal, Banser Contohkan Umat Saling Hormat

Bantul, RMI NU Tegal. Sebanyak 250 personil Barisan Ansor Serba Guna (Banser) Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan diturunkan untuk membantu pengamanan perayaan Natal.

Amankan Natal, Banser Contohkan Umat Saling Hormat (Sumber Gambar : Nu Online)
Amankan Natal, Banser Contohkan Umat Saling Hormat (Sumber Gambar : Nu Online)

Amankan Natal, Banser Contohkan Umat Saling Hormat

"Ratusan personel tersebut akan disiagakan di sejumlah gereja besar di Bantul, ada yang 50 personel, ada juga yang 15 personel di masing-masing gereja," kata Komandan Banser Bantul Muhammad Khozin, kepada RMI NU Tegal, Senin (23/12).

Menurutnya, keikutsertaan Banser ini sebagai wujud toleransi antarumat beragama. “Semata-mata sebagai bentuk solidaritas antarumat beragama dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika,” katanya.

RMI NU Tegal

Khozin mengatakan, organisasi pemuda NU melakukan hal itu ingin mencontohkan bahwa perbedaan keyakinan justru harus mendorong umat untuk saling menghormati.

RMI NU Tegal

Lebih jauh ia menjelaskan, di Bantul memang terdapat sejumlah kelompok gerakan radikalisme agama, sehingga perlu diantisipasi gerakan yang dikuawatirkan mengganggu kelancaran umat beribadah. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Quote, Habib, Warta RMI NU Tegal

Jumat, 02 Februari 2018

Kiai Adib: Santri Tak Hanya Cakap Agama

Cirebon, RMI NU Tegal 

Pesantren tidak hanya mencetak lulusan yang cakap dalam bidang agama, tetapi juga harus mampu menciptakan lulusan yang menguasai bidang keilmuan lainnya.

Hal tersebut disampaikan KH Adib Rofiuddin Izza, saat memberikan sambutan  atas nama ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren dalam malam puncak peringatan haul almarhumin sesepuh dan warga pondok Buntet Pesantren, Cirebon, Sabtu (6/4) kemarin.

Kiai Adib:  Santri  Tak Hanya Cakap Agama (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Adib: Santri Tak Hanya Cakap Agama (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Adib: Santri Tak Hanya Cakap Agama

“Lulusan pesantren harus dapat menjadi sosok yang bermanfaat dan orang besar bagi negara, serta sebagai orang yang berpengaruh di Indonesia dalam bidang keilmuan apapun,” papar kiai yang juga Rais Syuriyah PBNU ini.

RMI NU Tegal

Kiai Adib menambahkan, pesan ini merupakan tanggapan dan respon positif atas lulusan pesantren yang mampu berkiprah dan bermanfaat bagi masyarakat melalui bidang-bidang yang lebih umum. Pesantren menyambut baik dan mendukung para lulusan yang telah menempati profesi strategis di luar bidang keagamaan, karena sosok profesional yang berbasis pesantren akan memiliki ciri khas berupa kejujuran, berakhlak, dan penuh keikhlasan.

RMI NU Tegal

“Seperti apa yang telah diwasiatkan oleh sesepuh Buntet Pesantren, bahwa penting bagi pesantren untuk tetap mengutamakan pendidikan akhlak, karena dengan akhlak para lulusan akan karimah (mulia, red), hingga kemudian mampu bermanfaat bagi bangsa dan masyarakat sekitarnya,” tambahnya.

Di sela-sela para pengunjung yang memadati komplek pesantren dalam malam puncak peringatan haul tersebut, hadir pula beberapa lulusan pondok Buntet Pesantren seperti Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) RI Helmy Faisal Zaini dan direktur Kantor Berita ANTARA Saeful Hadi Idham Cholid. Selain itu juga berkesempatan hadir KH Ali Musthofa Ya’qub, Rais Syuriah PBNU serta Al-Habib Muthohar dari Semarang untuk menyampaikan taushiyah.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Sobih Adnan

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Warta, Hadits, Kiai RMI NU Tegal

Rabu, 31 Januari 2018

Lahirnya Kelompok Intelegensia Islam Tradisional

Oleh W Eka Wahyudi

Tahun 1950-an merupakan era pembentukan kelompok ? intelegensia di kalangan Islam tradisionalis. Fenomena ini merupakan imbas dari kelompok reformis-modernis yang telah menjadi bagian dari elite-politik penguasa pada saat itu. Salah satu indikasinya adalah dilegitimasinya PII dan HMI sebagai organisasi satu-satunya bagi pelajar dan mahasiswa Muslim pasca keputusan Kongres al-Islam pada tahun 1949 (Yudi Latif, 2013: 391 ), yang pada gilirannya menggeser peranan kalangan tradisionalis dari dinamikan organisasi nasional.

Lahirnya Kelompok Intelegensia Islam Tradisional (Sumber Gambar : Nu Online)
Lahirnya Kelompok Intelegensia Islam Tradisional (Sumber Gambar : Nu Online)

Lahirnya Kelompok Intelegensia Islam Tradisional

Realitas ini kemudian menimbulkan gejolak bagi para mahasiswa yang mempunyai kultur Islam tradisionalis pondok pesantren. Karena, para pemuda dari kalangan pesantren sulit mendapatkan tempat dan cenderung tidak diakomodasi aspirasi-aspirasinya di dalam organisasi. Disinyalir, hal ini juga merupakan dampak dari mencuatnya friksi yang terjadi antara NU dan Masyumi pada tahun 1950-1960 an. “perseteruan” ini belakangan mengkooptasi kalangan pelajar dan mahasiswanya.

Sehingga, para mahasiswa yang berlatar belakang dari kalangan Islam tradisional sering mengkonsolidir potensi-potensinya di kos-kosan daerah Bumijo, Yogjakarta (kawasan sebelah barat perempatan Tugu) guna merumuskan dengan matang gerakan kaum muda NU pada selanjutnya. Desakan akan kebutuhan terhadap wadah pembinaan pelajar NU inipun, disambut dengan momentum diselenggarakannnya Konferensi LP. Ma’arif di Semarang pada bulan Februari 1954. Sehingga, gagasan progresif kaum muda NU tersebut dijadikan sebagai salah satu agenda pembahasan dalam pelaksanaan Konferensi. ? Secara ringkas, akhirnya dalam Konferensi LP Ma’arif kala itu, berhasil mengesahkan berdirinya organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) yang saat itu bertepatan pada tanggal 24 Februari 1954/ 20 Jumadil Akhir 1373 H. walhasil, tanggal inilah yang dinobatkan sebagai hari lahirnya organisasi pelajar NU.

Pada tanggal itulah merupakan periode kelahiran kelompok intelegensia kalangan Islam tradisionalis yang pada masa depan mampu memberikan khazanah pada dinamika keorganisasian di Indonesia. Gebrakan lahirnya para cendikia di kalangan NU ini menyusul semakin pesatnya para mahasiswa yang mempunyai latar belakang Islam tradisional masuk ke universitas-universitas pada tahun 1950-an. Diantaranya: Tolchah Mansoer (UGM), Ismail Makky dan Munsif Nachrowi (IAIN Yogjakarta), Mahbub Djunaidi (UI) dan beberapa kelompok kaum muda terdidik lainnya seperti Mustahal Ahmad, Sofyan Kholil dan Abdul Ghani Farida.

Peningkatan jumlah mahasiswa tradisionalis ini, terutama juga disebabkan pasca pendirian perguruan-perguruan tinggi agama islam. Misalnya, di luar IAIN pada saat itu, berhasil didirikan perguruan tinggi Nahdlatul Ulama di Solo pada tahun 1958, walaupun hanya satu fakultas, yakni syariah.?

RMI NU Tegal

Selanjutnya, pasca deklarasi pendirian IPNU melalui muktamar LP Ma’arif, tepatnya dua bulan kemudian pada tanggal 30 April s/d 1 Mei 1954, ? IPNU menyelenggaran Konferensi “Segi Lima”. Kenapa Konferensi ini disebut segi lima? karena pada saat itu dihadiri oleh kalangan assabiqunal awwalun IPNU yang terdiri dari lima daerah yakni; Jombang, Yogjakarta, Solo, Semarang dan Kediri.?

Konferensi ini kemudian menghasilkan kesepakan yang menandai kerja kelompok intelegensia Islam tradisionalis, yang antara lain;1) menjadikan Ahlusunnah wal jamaah sebagai asas organisasi, 2) tujuan organisasi yakni turut andil dalam mengemban risalah islamiyah, 3) mendorong kualitas pendidikan agar lebih baik dan merata, serta 4) mengkonsolidir kalangan pelajar. ?

RMI NU Tegal

Munculnya, kelompok cendikia “jenis baru” ini pada gilirannya menandakan perkembangan perspektif oleh kaum muda tradisionalis terhadap isu-isu rasionalisme, teknologi, pendidikan modern dan kondisi sosial . Sehingga pada kurun waktu tersebut NU telah memiliki lapisan intelegensianya tersendiri.?

Namun, corak intelegensia yang dimiliki oleh kaum muda ini berbeda dengan Muhammdiyah. Jika kalangan muhamaddiyah cenderung terilhami oleh gerakan pembaharu Muhammd Abduh yang modernis, namun kalangan muda NU tetap mempertahankan sikap konservatifnya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan tradisi. Sehingga, jenis tipologi intelegensia kaum muda NU yang dalam hal ini direpresentasikan oleh IPNU lebih cocok jika dikategorikan sebagai “konservatif-modernis”. Yaitu tipe pemikiran yang sudah terbuka dengan pandangan-pandangan modern, namun tetap memelihara sekaligus menjaga kearifan dan keluhuran tradisi. Sebuah karakter pemikiran yang relevan diterapkan di Indonesia.

Selamat Harlah IPNU ke 63, Salam Belajar, Berjuang dan Bertaqwa.

Penulis adalah Direktur Lembaga Komunikasi Perguruan Tinggi Pimpinan Pusat IPNU

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Anti Hoax, Pendidikan, Warta RMI NU Tegal

Minggu, 28 Januari 2018

Upaya KPK Berantas DI/TII

Sejarah mencatat, ada sejumlah kelompok yang tidak menyetujui berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pasca resmi dideklarasikan pada 17 Agustus 1945. Gerakan subversif mereka lakukan, makar dan kudeta terhadap pemerintahan RI yang didukung mayoritas rakyat Indonesia menjadi tujuan.

Kelompok-kelompok tersebut adalah Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) prakarsa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu digerakkan oleh Dipo Nusantara Aidit, Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang didirikan oleh Letkol Achmad Husein, Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang dimotori oleh Lektol Venjte Sumual, Kolonel D.J. Somba, dan Mayor Eddy Gagola.

Sekilas dilihat, upaya bughot (memberontak) sebagian besar dimotori oleh tentara yang sudah merasa tidak sejalan dengan visi pemerintahan yang ada dengan kecenderungan politik kekuasaaan yang tinggi. Di beberapa literatur sejarah menyebutkan, proklamasi kemerdekaan RI dibarengi gerakan hijrah pasukan, baik dari tentara nasional, Hizbullah dan Sabilillah dari kawasan jajahan Belanda ke kawasan RI.

Upaya KPK Berantas DI/TII (Sumber Gambar : Nu Online)
Upaya KPK Berantas DI/TII (Sumber Gambar : Nu Online)

Upaya KPK Berantas DI/TII

Gerakan pembersihan dalam bentuk hijrah tersebut menyisakan beberapa tentara. Sisa-sisa laskar tentara tersebut selanjutnya diorganisir secara perorangan, misal di Jawa Barat oleh Kartosoewirjo untuk melakukan perlawanan terakhir.

Dijelaskan oleh Abdul Mun’im DZ dalam Runtuhnya Gerakan Subversif di Indonesia (2014), sejumlah tentara yang tertinggal di Jawa Barat tersebut diorganisir kemudian dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). 

Setelah itu mereka merancang Negara Islam Indonesia (NII) yang kemudian pada 10 Februari 1948 dan pada 25 Agustus 1948 dikeluarkan maklumat Pemerintah Islam Indonesia yang menandai berdirinya Negara Islam menggantikan Republik Indonesia yang dianggap kafir dan komunis. 

RMI NU Tegal

Kondisi keamanan nasional seketika kacau apalagi PKI merespon DI/TII yang menganggap bahwa Indonesia merupakan negara komunis dengan menggelorakan perlawanan dengan mengadakan pemberontakan di Madiun pada 18 September 1948. Jika DI/TII ingin mendirikan Negara Islam, PKI berupaya menegakkan Negara Soviet Indonesia.

RMI NU Tegal

Penghianatan yang dilakukan oleh DI/TII dan PKI ini mendorong NU sebagai satu-satunya organisasi yang loyal terhadap NKRI untuk segera mengangkat Soekarno sebagai waliyyul amri yang sah sehingga diharapkan bisa menyingkirkan semua yang memberontak dan memusuhi negara.

Sikap NU dan pesantren yan tegas terhadap aksi pemberontakan menyebabkan mereka dimusuhi oleh DI/TII. Beberapa perangkat dakwah NU menjadi sasaran teror. Pesantren, masjid, madrasah NU dibakar, bahkan beberapa kiai diculik dan harta benda dirampas dengan tidak berperikemanusiaan. Bahkan salah satu kiai NU, KH Idham Chalid menjadi sasaran pembunuhan.

Pembentukan KPK

Terhadap gerakan-gerakan subversif ini, para kiai tidak tinggal diam begitu saja. Mereka tidak mau bangsa dan negara yang telah dibangun atas dasar konsensus (kesepakatan) kebangsaan menjadi hancur hanya karena kepentingan kelompok tertentu yang a historis. Aksi gerombolan DI/TII bukannya menguntungkan umat Islam tetapi malah menimbulkan malah petaka bagi Muslim itu sendiri. Tidak sedikit umat Islam yang menjadi korban kekejaman DI/TII.

Gerakan DI/TII yang sudah melampui batas kemanusiaan dan konsensus bersama negara berdasarkan Pancasila membutuhkan pemikiran, bantuan, dan partisipasi aktif dari para kiai. Dalam memoarnya (2008), KH Idham Chalid yang saat itu menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri II dan Kepala Badan Keamanan membentuk badan yang diberi nama Kiai-kiai Pembantu Keamanan (KPK).

Kiai di dalam badan disebut KPK ini utamanya untuk merespon anggapan DI/TII yang menganggap bahwa negara ini adalah Republik Indonesia Kafir (RIK). Namun, sejumlah laskar yang memang lahir dari rahim NU seperti Hizbullah dan Sabilillah turut membantu mengantisipasi pemberontakan DI/TII maupun yang dilakukan oleh PKI kala itu.

KPK terdiri dari sejumlah kiai dari beberapa provinsi yang di daerahnya ada gerombolan DI/TII. KH Idham Chalid menunjuk KH Muslich sebagai Ketua KPK. Umumnya, setiap provinsi hanya menunjuk satu orang kiai dalam mengkoordinir gerakan KPK. Kecuali provinsi yang sudah pada kondisi gawat seperti Jawa Barat. Di tanah Priangan ini, diangkat dua orang kiai.

Anggota KPK di Jawa Barat adalah KH Dimyati (Ciparai) dan Moh. Marsid. Untuk Jawa Tengah dipimpin oleh KH Malik, kiai terkemuka asal Demak. Di Jawa Timur ada KH Raden As’ad Syamsul Arifin Situbondo.

Adapun di Kalimantan KPK dimotori oleh KH Ahmad Sanusi, Lampung digerakkan oleh KH Zahri, Sumatera Selatan dipimpin oleh ulama terkemuka di Sumsel dan Rais Syuriyah NU Bengkulu KH Jusuf Umar, Sumatera Tengah KH Kahar Ma’ruf, Sumatera Utara dan Aceh Tengku Mohammad Ali Panglima Pulen (pernah menjadi Ketua PWNU Aceh dan Anggota MPRS, dan di Sulawesi KH Abdullah Joesoef.

Dari badan yang dibentuk oleh KH Idham Chalis tersebut, semua kiai sepakat bahwa DI/TII adalah kelompok pemberontak yang mengganggu keamanan bangsa dan negara secara nasional sehingga perlu dilawan. Apalagi mereka sudah terbukti memakan korban manusia yang tidak sedikit.

Para kiai di dalam KPK menyatakan, penilaian dan anggapan DI/TII yang menyebut Indonesia sebagai Republik Indonesia Kafir (RIK) tidaklah benar. Karena berdasarkan konsensus bersama, seluruh warga negara bebas menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing. Sebab itu sebagai negara kesatuan, tidak sepatutnya seorang atau kelompok menginginkan bentuk negara lain yang tidak sesuai dengan kemajemukan bangsa Indonesia. (Fathoni Ahmad)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Quote, Warta, Humor Islam RMI NU Tegal

Rabu, 24 Januari 2018

PP IPPNU Rintis Sekolah Perdamaian di Empat Daerah

Jakarta, RMI NU Tegal. Pimpinan Pusat IPPNU merintis program ‘Sekolah Perdamaian Untuk Pelajar’ di empat daerah rawan kekerasan. PP IPPNU dalam masa kepengurusan 2012-2015 menunjuk kota Poso, Makassar, Bima, dan Solo.

Demikian dikatakan oleh Ketua Bidang Keorganisasian PP IPPNU Dewi Chandra kepada RMI NU Tegal di ruang sekretariat PP IPPNU, Kantor PBNU lantai enam, Jakarta Pusat, Senin (18/2) malam.

PP IPPNU Rintis Sekolah Perdamaian di Empat Daerah (Sumber Gambar : Nu Online)
PP IPPNU Rintis Sekolah Perdamaian di Empat Daerah (Sumber Gambar : Nu Online)

PP IPPNU Rintis Sekolah Perdamaian di Empat Daerah

“Empat daerah itu dinilai sebagai titik rawan kekerasan yang berlandaskan ideologi keagamaan. Ukurannya diambil dari tingginya kasus kekerasan agama di empat daerah itu,” tegas Dewi Chandra.

Menurut Dewi, program sekolah perdamaian mengambil bentuk penyuluhan dan kegiatan deradikalisasi pelajar. Program ini juga menyediakan buku berisi antikekerasan dengan format yang menarik bagi kalangan pelajar.

RMI NU Tegal

Dalam menjalankan program ini, PP IPPNU bermitra dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme BNPT. Ketua Umum PP IPPNU bersama sejumlah jajaran pimpinan pusat lainnya diterima oleh Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris di kantor BNPT, jalan Imam Bonjol nomor 53 Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/2) siang. 

Target program ini tambah Dewi, memberikan visi dan pemikiran antikekerasan di kalangan pelajar. Program ini ke depan membidik pelajar sekolah menengah pertama, menengah atas hingga perguruan tinggi semester-semester awal. Bahkan, IPPNU akan memasuki pesantren yang mengajarkan pemikiran ramah terhadap kekerasan seperti pesantren Abu Bakar Ba‘asyir di Solo.

Program bertajuk sekolah perdamaian ini akan bergerak selambatnya bulan Juni 2013 mendatang, tandas Dewi Chandra ditemani beberapa rekanita PP IPPNU yang tengah mempersiapkan pelantikan PP IPPNU awal Maret 2013.

Penulis: Alhafiz Kurniawan

RMI NU Tegal

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Pendidikan, Warta, Kyai RMI NU Tegal

Sabtu, 13 Januari 2018

Gunungan Wayang 11 Meter Hiasi Pameran Wayang di Kaliopak

Bantul, RMI NU Tegal. Gunungan wayang setinggi 11 meter direncanakan akan turut meramaikan pameran wayang yang dilaksanakan Pesantren Kaliopak, 27-30 November 2014.

“Bahannya dari lilitan pelepah pisang dan anyaman bambu. Pembuatannya memakan waktu dua minggu lebih,” kata M Imam, ketua pelaksana kegiatan, Selasa (25/11) malam, di Pesantren Kaliopak, Piyungan, Bantul, Yogyakarta.

Gunungan Wayang 11 Meter Hiasi Pameran Wayang di Kaliopak (Sumber Gambar : Nu Online)
Gunungan Wayang 11 Meter Hiasi Pameran Wayang di Kaliopak (Sumber Gambar : Nu Online)

Gunungan Wayang 11 Meter Hiasi Pameran Wayang di Kaliopak

Sebelum berdiri di lokasi pameran, gunungan wayang ini diarak atau biasa disebut kiraban. Gunungan dikirab dari Mancasan ke Dusun Klenggotan, Piyungan, Bantul, Yogyakarta.

RMI NU Tegal

Pendirian gunungan yang merupakan rangkaian kegiatan “Pekan Peringatan 11 Tahun Pengukuhan Wayang Pusaka Kemanusia Dunia” ini bermaksud menandakan simbol gunungan secara filosofis. Pameran yang dilaksanakan berkat kerja sama Pesantren Kaliopak, Lesbumi, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini mengusung tema “Ngaji Wayang”.

“Ngaji wayang maksudnya untuk memahami wayang lebih dalam, bukan sekadar melihat dari luar. Bahkan, wayang bisa untuk menginternalisasi diri kita sendiri,” papar M Jadul Maula, pendiri Pesantren Kaliopak.

RMI NU Tegal

Pameran ini menghadirkan karya dari 17 seniman. Di antaranya Agus Nuryanto, Ardian Kresna, Indiria Maharsi, Ki Suharno Cermo Sugondho, Nasirun, dan Yoyo. Karya lukis yang dihadirkan mencapai 24 karya. (Red: Mahbib)

?

Foto: Kitab gunungan wayang 11 meter

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Pendidikan, Warta RMI NU Tegal

Kamis, 11 Januari 2018

Demo di Kantor Bulog, PMII Bandung Serukan Kedaulatan Pangan

Bandung, RMI NU Tegal. Ratusan anggota Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indoensia (PMII) Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (11/3), menggelar aksi damai untuk mendesak pemerintah menegakkan kedaulatan pangan di Indonesia dan segera mengatasi melambungnya harga sembako.

Sejak pagi, massa aksi penyampaian aspirasinya dari berkeliling di area kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung sekaligus menggalang massa dari mahasiswa lain di kampus setempat untuk bergabung bersama PMII.

Demo di Kantor Bulog, PMII Bandung Serukan Kedaulatan Pangan (Sumber Gambar : Nu Online)
Demo di Kantor Bulog, PMII Bandung Serukan Kedaulatan Pangan (Sumber Gambar : Nu Online)

Demo di Kantor Bulog, PMII Bandung Serukan Kedaulatan Pangan

Lalu menjelang siang, dengan menaiki 2 truk massa aksi bergerak menuju gudang Bulog Regional Kota Bandung di Jalan Gedebage. Di sana sekitar 1 jam mereka menyuarakan tuntutannya, kemudian mereka menggeliat menuju kantor di depan Perum Bulog Divisi Regional Jawa Barat, di Jalan Soekarno-Hatta No. 711A kota Bandung.

RMI NU Tegal

Aksi damai yang dilakukan PMII ini membuat perwakilan dari mereka diperkenankan melakukan audiensi tertutup bersama petinggi Bulog Regional Jawa Barat. Sementara ratusan massa lainnya tetap berada di luar gedung Perum Bulog tersebut. Aksi di seberang pinggir jalan ini banyak mendapatkan perhatian dari pengguna jalan.

Ahmad Riyadi, ketua PC PMII kota Bandung mengatakan bahwa aksi tersebut yang digelar sebagai bentuk respon PMII atas persoalan kebutuhan pokok masyarakat khususnya dalam masalah pangan, khususnya kebutuhan yang kini langka dan harganya melambung tinggi.

RMI NU Tegal

“Sebetulnya yang jadi persoalan adalah kebutuhan beras. Pemerintah seharusnya mendukung petani lokal (tradisional) untuk mengembangkan potensi lahan pertanian yang dimiliki. Hal tersebut sebagai upaya dalam mengatasi kebijakan impor beras yangi dilakukan oleh pemerintah," kata Riyadi yang juga sebagai penanggung jawab aksi tersebut.

Dia menjelaskan proses tersebut harus berbanding lurus dengan usaha Pemerintah melalui sosialisasi atau penyuluhan yang baik kepada para petani, misalnya penyuluhan terkait sumber pupuk atau penggunaan pestisida yang efektif.

"Artinya bahwa ini merupakan konsekuensi dari Pemerintah untuk berbicara soal pengelolaan dan kesejahteraan pertanian. Kalau semua ini bisa dilakukan oleh Pemerintah, saya rasa kita tidak butuh lho yang namanya beras impor, karena Indonesia mempunyai potensi pertanian yang sangat bagus,” ujar Riyadi menjelaskan? salah satu tuntutan dari aksi PMII kota Bandung itu.

Lebih lanjut, Riyadi atas nama rakyat mendesak kepada Pemerintah harus bisa mengintervensi stabilitas harga pasar, lebih-lebih bisa menentukan harga pasar. Pemerintah juga jangan sampai terjebak model kapitalisme yang akhirnya mengeksploitasi hak-hak rakyat.

“Lalu bagaimana cara Pemerintah mampu memberikan arahan kepada masyarakat (petani) untuk memberikan pupuk-pupuk yang baik. Begitu juga jangan sampai harga pupuk melambung tinggi, yang pada akhirnya harga beras ditentukan oleh harga pupuk,” tegas mahasiswa pascasarjana Universitas Langlangbuana itu.

Dia menambahkan, Pemerintah juga harus memperhatikan pendidikan dan kelayakan hidup di kalangan para petani. “Bagaimana pun Pemerintah harus mempertimbangkan hal itu, karena merekalah yang setiap hari di sawah untuk melakukan penanaman hingga pemanenan,” singgungnya.

“Harapannya, masyarakat harus mampu memanfaatkan lahan dimiliki, lalu pengelolaan tanaman yang baik, mulai dari pemilihan benih sampai proses pemanenan, serta mampu memasarkan dengan baik,” pungkas Riyadi. (Muhammad Zidni Nafi/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

RMI NU Tegal Cerita, Warta, IMNU RMI NU Tegal

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs RMI NU Tegal sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik RMI NU Tegal. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan RMI NU Tegal dengan nyaman.

Jika anda tidak ingin mendisable AdBlock, silahkan klik LANJUTKAN


Nonaktifkan Adblock